digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nicholas Yamahoki
PUBLIC Irwan Sofiyan

Vaksinasi merupakan salah satu metode yang efektif untuk mengakhiri pandemi, termasuk Coronavirus disease-2019 (Covid-19) yang telah menyebabkan krisis multidimensi di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Evolusi virus Severe Acute Respiratory Syndrome- Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang ditandai dengan kemunculan berbagai varian baru berpotensi menyebabkan penurunan efektivitas vaksin yang telah dikembangkan saat ini. Di sisi lain, diketahui bahwa vaksin subunit berbasis peptida multiepitop yang dikembangkan dengan pendekatan reverse vaccinology berpotensi menginduksi respon imun humoral dan seluler sekaligus, serta mengatasi kegagalan vaksin akibat mutasi genetik virus. Pada penelitian sebelumnya, telah dirancang dan dikarakterisasi kandidat vaksin Covid-19 multiepitop berupa protein fusi Spike dan NSP3 SARS-CoV-2 secara in silico. Namun, protein fusi kandidat vaksin tersebut belum diekspresikan dan diuji antigenisitasnya secara in vitro. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan ekspresi protein fusi kandidat vaksin yang didesain serta pengujian antigenisitas kandidat vaksin tersebut dengan menggunakan serum pasien positif Covid-19. Pada penelitian ini, gen pengode protein fusi kandidat vaksin dikloning ke dalam plasmid pET-23a(+) dan ditransformasikan ke dalam sel E. coli BL21 (DE3). Ekspresi protein fusi kandidat vaksin pada E. coli BL21 (DE3) dilakukan pada suhu 16°C dengan variasi durasi inkubasi (6, 8, dan 24 jam) dengan variasi konsentrasi IPTG (0; 0,05; 0,1; 0,25; dan 0,5 mM). Purifikasi protein dilakukan menggunakan kolom Ni-NTA. Selanjutnya, pita terduga protein fusi kandidat vaksin pada gel SDS-PAGE dianalisis dengan ImageJ dan dikonfirmasi melalui Western blotting. Antigenisitas protein fusi kandidat vaksin diuji dengan indirect ELISA terhadap antibodi dari serum pasien terkonfirmasi positif Covid-19 (n=3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen pengode protein fusi kandidat vaksin telah terkonfirmasi melalui PCR dan sekuensing DNA. Inkubasi pada suhu 16°C selama 24 jam dengan penambahan IPTG 0,05 mM menghasilkan konsentrasi protein fusi kandidat vaksin yang paling tinggi secara signifikan (p<0,05), walaupun tidak mampu meningkatkan solubilitas protein fusi. Protein fusi kandidat vaksin berhasil diperoleh melalui purifikasi dan terkonfirmasi melalui Western blotting. Hasil ELISA menunjukkan bahwa protein fusi kandidat vaksin juga berhasil berinteraksi dengan antibodi serum pasien positif Covid- 19 (n=3). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa protein fusi kandidat vaksin Covid-19 multiepitop yang didesain dapat diekspresikan dan bersifat antigenik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji imunogenisitas kandidat vaksin tersebut.