digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 1 Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 2 Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 3 Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 4 Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

BAB 5 Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

PUSTAKA Farid Alfarisi Yakub
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

LAMPIRAN
Terbatas Yoninur Almira
» ITB

Berjalan kaki merupakan moda transportasi yang paling dasar dan dilakukan oleh setiap orang dalam memulai dan mengakhiri perjalanannya. Dalam konteks Transportasi Berkelanjutan (Sustainable Urban Transport), pejalan kaki menjadi salah satu opsi tindakan dan komponen penting yang menentukan keberhasilan sistem transportasi perkotaan (Pojani, 2015). Adapun dalam mewujudkan kondisi jalur pejalan kaki yang baik di kawasan perkotaan, diperlukan penilaian tingkat kenyamanan berjalan kaki atau yang dikenal dengan walkability index. Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki perkembangan yang cenderung memusat di pusat kota sehingga dapat mempengaruhi sistem transportasinya. Sebagai sarana transportasi yang terletak di pusat kota, Stasiun Medan memiliki berbagai permasalahan pada fasilitas pejalan kaki, padahal stasiun ini berada pada blok yang direncanakan pengembangan antar moda yang menghubungkan lebih dari satu jaringan pergerakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat walkability dan persepsi pejalan kaki di Kawasan Stasiun Medan. Kawasan yang dipilih yaitu radius 400 meter dari stasiun. Radius tersebut diasumsikan berdasarkan kesediaan jarak tempuh pejalan kaki untuk mencapai pusat aktivitasnya dengan nyaman. Dalam mengukur tingkat walkability, digunakan pengukuran walkability index oleh Asian Development Bank yang terdiri atas sembilan parameter. Penelitian ini juga menganalisis persepsi pejalan kaki di sekitar Stasiun Medan. Dari analisis ini didapatkan karakteristik fasilitas pejalan kaki di kawasan Stasiun Medan terbagi menjadi 3 kelompok yang secara umum menggambarkan kondisi fasilitas pejalan kaki yang sangat baik, baik, dan buruk. Dari penliaian kesembilan parameter, secara keseluruhan parameter yang memliki nilai buruk yaitu fasilitas pendukung ( amenities) dan infrastruktur disabilitas. Mayoritas pejalan kaki di sekitar Stasiun Medan merupakan perempuan, pelajar, dan dalam kesehariannya biasanya menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi sehari -hari. Berdasarkan kategori tingkat walkability, dari 22 segmen jalan yang dinilai, didapatkan 2 segmen termasuk sangat baik untuk berjalan, 17 segmen termasuk cukup baik untuk berjalan, dan 3 segmen termasuk tidak baik untuk berjalan. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa pejalan kaki masih ingin untuk berjalan kaki pada jarak 1-2 km dengan waktu tempuh yang diinginkan 5-10 menit. Adapun moda berjalan kaki merupakan moda yang paling terkena dampak polusi dan prioritas utama yang perlu diperbaiki untuk fasilitas pejalan kaki yakni kemudahan bagi disabilitas.