Erupsi Gunungapi Kelud pada tahun 2007 diawali dengan peningkatan kegempaan pada September 2007 dan diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava di Danau Kawah pada 3 Nopember 2007. Fenomena ini merupakan peralihan sifat erupsi, karena erupsi terakhir sebelumnya pada Pebruari 1990 bersifat eksplosif. Penelitian deformasi Gunungapi Kelud pasca pembentukan Kubah Lava Nopember 2007 dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan mekanisme deformasi yang terjadi. Lokasi pusat tekanan dan geometri pusat tekanan diprediksi dengan menggunakan dua model berbeda, yaitu Model Mogi dan Model Pipa Tertutup. Model Mogi dipilih karena sudah sangat umum diaplikasikan di daerah gunungapi. Pemilihan Model Pipa Tertutup karena kondisi Gunungapi Kelud saat ini dimana terjadi penyumbatan oleh kubah lava. Penentuan lokasi pusat tekanan dengan menggunakan kedua model ini kemudian divalidasi dengan data kegempaan, EDM, tilt dan geologi. Hasil pengamatan dengan metoda GPS selama tiga sesi, yaitu: April, Agustus, dan Oktober 2008 terlihat bahwa pola vektor pergeseran tiap titik ukur lebih dominant dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja akibat aktivitas struktur geologi terutama fase penstabilan kerak setelah fase akhir erupsi Nopember 2007. Pergeseran yang diakibatkan oleh aliran magma bersifat minor dan terjadi hanya pada titik-titik ukur yang berada di dekat Kubah Lava dengan kedalaman yang relatif dangkal dan berasosiasi dengan zona aseismik. Deformasi yang terjadi sebagai akibat adanya migrasi magma ke permukaan kemudian dihitung untuk mengetahui besarnya suplai magma dari kedalaman yang lebih dalam terhadap kantong magma yang lebih dangkal (injeksi magma). Perbandingan besarnya suplai magma terhadap magma yang diinjeksi menggambarkan kondisi deformasi yang terjadi selama April – Oktober 2008, dimana pada periode tersebut di Gunungapi Kelud masih mengalami inflasi (penggembungan). Inflasi ini menunjukkan bahwa aktivitas magma masih terjadi. Inflasi juga bisa bersifat semu, karena tidak didukung oleh manifestasi di permukaan. Inflasi ini bisa terjadi karena ketidakkontinyuan data pada trend deflasi.