Penelitian ini menyelidiki mengapa usaha kecil menengah (UKM) berorientasi
ekspor di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, tidak menggunakan kebijakan insentif
fiskal yang diberikan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan itu sendiri
memungkinkan UKM berorientasi ekspor untuk membebaskan bea masuk dan
pajak impor untuk bahan baku dan mesin yang diimpor untuk digunakan dalam
produksi mereka. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara semi
terstruktur dengan petugas bea cukai dan pemilik/pengelola UKM pengekspor di
Bandung, baik yang telah menggunakan kebijakan insentif fiskal maupun yang
belum. Studi ini menggunakan metodologi system dynamics untuk menciptakan
gambaran yang holistik dan mengatasi masalah adopsi kebijakan fiskal untuk
memenuhi tujuan penelitian. Penelitian ini akan fokus pada ekspor UKM dengan
karakteristik industri di Bandung yang mendapatkan penghargaan sebagai salah
satu kota kreatif dunia oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization (UNESCO). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kurangnya
sosialisasi kebijakan dan buruknya reputasi pemerintah menjadi penghambat
adopsi kebijakan. Rendahnya tingkat adopsi kebijakan juga dipengaruhi oleh
kemudahan penggunaannya, yang terkait dengan prosedur impor dan ekspor
langsung. Sulitnya UKM dalam mendapatkan izin, yang tercermin dalam peringkat
kemudahan berusaha di Indonesia, adalah alasan lain mengapa kebijakan tersebut
kehilangan dukungan. Selanjutnya, beberapa skenario intervensi ditawarkan oleh
penelitian ini untuk mengatasi masalah tersebut.
Kata kunci: Indonesia, Small Medium Enterprise, Fiscal Policy, Trade Policy,
Taxation, Internationalization, System Dynamics.