digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adriana
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Prestasi Indonesia di bidang olahraga belum memuaskan. Beberapa cabang olahraga mengalami penurunan prestasi, khususnya bulutangkis. Walaupun terlihat baik dan berprestasi, secara statistik prestasi atlet bulutangkis Indonesia menurun. 18,1% generasi millennial memilih bulu tangkis sebagai salah satu cabang olahraga favorit, ketiga setelah sepakbola dan berlari. Tingginya minat bulutangkis sebagai olahraga nomor satu di Indonesia per-2020, tidak diimbangi dengan prestasi atlet yang kian menurun. Penulis merumuskan empat elaborasi terhadap masalah tersebut, yaitu pembinaan calon atlet usia muda, ketersediaan lapangan dan fasilitas, pola latihan, dan penerapan sport science untuk peningkatan prestasi olahraga khususnya bulutangkis. Dari keempat elaborasi tersebut, didapati masalah bahwa; 1) fenomena pembinaan di usia muda merupakan sebuah pertaruhan antara mendapatkan atlet muda berbakat, atau kehilangan atlet muda karena pengaruh dari spesialisasi yang terlalu dini, 2) jarak, karena 3) sarana dan prasarana pelatihan bulu tangkis yang mumpuni masih terpusat di Jawa, 4) pola latihan atlet bulu tangkis Indonesia tidak intensif dan tidak terstruktur jika dibandingkan dengan China, serta 5) sport science yang belum dijadikan sebagai faktor utama untuk mendukung prestasi olahraga. Untuk merespon hal tersebut secara arsitektural, perancangan fasilitas yaitu sarana pelatihan bulutangkis yang ideal dan memadai khusus untuk pembinaan usia dini dianggap perlu. Fasilitas akan terintegrasi dengan penggunaan sport science, sarana dan prasarana modern, serta pola latihan dalam proses melahirkan atlet elit bulutangkis Indonesia. Diperlukan respons terhadap lingkungan binaan yang mendukung aktivitas fisik dan sosial untuk mengembangkan performa pengguna untuk berolahraga. Proyek dan perancangan pusat pelatihan bulutangkis ini bertujuan untuk mewadahi pengembangan atlet muda dengan fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pembinaan usia dini (umur 9-14 tahun) dengan capaian tertentu bagi atlet sesuai dengan porsi individu. Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan partisipasi pemuda bermain bulutangkis sebagai proses untuk meningkatkan prestasi bulu tangkis Indonesia. Proyek perancangan fasilitas tersebut direncanakan akan dibangun di kota Samarinda, terintegrasi dengan pemindahan Ibu Kota Negara Baru ke Kalimantan Timur, yang berjarak 2 jam perjalanan dengan kendaraan bermotor dari Kota Samarinda. Hal ini bertujuan untuk mewadahi calon atlet yang berasal dari luar pulau Jawa untuk mendapatkan kesempatan yang sama. Terdapat sentra-sentra yang tersebar di beberapa regional, tentunya proyek ini menjadi bersifat skala nasional. Tipologi berbasis fasilitas keolahragaan dengan kategori pendidikan dan fasilitas latihan.