digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

MASRAWANI.pdf ]
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Waduk Saguling menampung berbagai jenis limbah yang terbawa aliran air Sungai Citarum dan anak-anak sungainya. Penurunan kualitas air Waduk Saguling disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang masuk ke waduk ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi eutrofikasi yang terjadi di Waduk Saguling dengan melihat pengaruh dari nutrien dan biomassa Peridinium sp. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitas air, analisis daya tampung beban pencemaran air yang mengacu pada PerMen LH No. 28 Tahun 2009, dan evaluasi fenomena eutrofikasi menggunakan perangkat lunak STELLA 9.0.2 dengan pendekatan sistem dinamik. Penggunaan sistem dinamik erat hubungannya dengan pola tingkat laku yang dibangkitkan oleh sistem seiring bertambahnya waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah KJA di Waduk Saguling telah melampaui daya tampungnya dan jika mengacu pada PerMen LH No. 28 Tahun 2009, maka saat ini status trofiknya telah mencapai pada status hipereutrofik. Berdasarkan simulasi konsentrasi nutrien ammonia, nitrat, dan fosfat berbanding lurus dengan biomassa Peridinium sp. Biomassa Peridinium sp meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi nutrien dari tahun 2011 hingga 2030. Konsentrasi ammonia meningkat dari 0,03 mg/L menjadi 0,30 mg/L; konsentrasi nitrat dari 1,06 mg/L menjadi 18,03 mg/L; dan konsentrasi fosfat dari 0,25 mg/L menjadi 1,15 mg/L. Setelah melakukan skenario penggunaan aerator, konsentrasi nutrien ammonia, nitrat, dan fosfat mengalami penurunan konsentrasi setiap tahunnya; dan adanya pemanenan fitoplankton dapat menurunkan konsentrasi nutrient namun masih melebihi baku mutu; serta dengan penggabungan kedua skenario mampu menurunkan konsentrasi ammonia, nitrat, dan fosfat. Hal ini menandakan bahwa penambahan aerasi dan pemanenan fitoplankton di Waduk Saguling sangat efisien. Namun konsentrasi fosfat pada saat penggunaan kedua skenario masih melebihi baku mutu PP 22 Tahun 2021 Kelas II sehingga perlu dilakukan pengelolaan lebih lanjut.