BAB 1 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Rifki Ryandra Wijaya
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Saat ini teknologi chatbot telah banyak digunakan pada bagian CRM operasional
perusahaan untuk mengotomatiskan kegiatan pemasaran, penjualan, dan layanan
pelanggan. Chatbot memiliki kelebihan dalam menangani banyak permintaan
secara cepat dan simultan dibandingkan operator manusia. Berdasarkan studi
literatur penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan berbagai kelebihan dan
kekurangan dari alternatif desain (atribut) chatbot yang dapat memengaruhi
preferensi pengguna. Lebih lanjut, pengguna dapat memiliki preferensi yang
beragam terhadap alternatif desain chatbot yang tersedia. Meski demikian, belum
banyak penelitian yang membahas keragaman preferensi pengguna chatbot CRM,
khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji empat atribut
chatbot pada konteks layanan operator seluler, yaitu penampilan chatbot (logo
merek/perusahaan vs. avatar vs. foto manusia), gaya percakapan chatbot (hangat
vs. kompeten), perilaku chatbot (proaktif vs. reaktif), dan metode input pengguna
(balasan instan vs. kolom teks bebas). Selain itu, penelitian ini mengeksplorasi
variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap heterogenitas preferensi
pengguna, seperti demografi, kepribadian pengguna, dan pengalaman penggunaan
chatbot sebelumnya. Pembentukan dan segmentasi struktur preferensi pengguna
dilakukan dengan menggunakan metodologi analisis konjoin dan analisis kelas
laten. Melalui survei daring, responden menilai 12 profil konjoin yang berisi
kombinasi level dari keempat atribut chatbot, mengisi asesmen kepribadian Big
Five, dan pertanyaan data diri lainnya. Dari 302 sampel akhir yang diperoleh,
terbentuk tujuh segmen preferensi pengguna dengan kriteria BIC terkecil. Sebagai
contoh, Segmen 1 memiliki preferensi berupa penampilan chatbot avatar, gaya
percakapan hangat, perilaku reaktif, dan metode input balasan instan. Selain itu,
ditemukan delapan variabel yang memiliki pengaruh dalam pengelompokan
segmen preferensi pengguna, yakni domisili, usia, layanan operator yang
digunakan, nilai dimensi kepribadian Conscientiousness, motif hiburan dalam
menggunakan chatbot layanan operator seluler, motif menjadikan chatbot layanan
operator seluler sebagai teman berbincang, pengalaman menggunakan chatbot
pembelajaran bahasa, serta pengalaman menggunakan chatbot kesehatan
mental/teman virtual. Pada tahap validasi, dua prototipe chatbot dibangun
berdasarkan struktur preferensi pengguna Segmen 1. Chatbot A memiliki desain
yang sesuai dengan struktur preferensi pengguna sementara Chatbot B dirancang
tidak sesuai dengan preferensi pengguna. Melalui uji coba prototipe dengan desain
eksperimen within-subjects (n=20), Chatbot A memiliki nilai tingkat kesukaan,
tingkat kemudahan penggunaan, pengalaman penggunaan, dan intensi penggunaan
yang lebih tinggi secara signifikan (p-value<0,05) dibandingkan Chatbot B. Selain
itu, berdasarkan opini partisipan pengujian prototipe yang dikumpulkan melalui
pertanyaan kualitatif dan wawancara semiterstruktur, dapat dibentuk delapan tema
wawasan tambahan mengenai preferensi dan penggunaan chatbot CRM. Hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh penyedia/pengembang chatbot dan
perusahaan yang telah/akan mengadopsi teknologi ini untuk meningkatkan layanan
chatbot berdasarkan preferensi segmen pengguna yang dituju.