digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

COVER Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 1 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 2 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 3 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 4 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 5 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 6 Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

PUSTAKA Rizni wahyuni
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Berdasarkan data BMKG telah terjadi gempabumi pada tanggal 28 September 2018 sekitar 18.02 WITA yang diakibatkan oleh Sesar Palu-Koro dengan kekuatan 7.6 SR (yang menghasilkan tsunami di wilayah Palu-Donggala). Penyebab tsunami Palu yaitu longsoran bawah laut dan keruntuhan pantai yang dipicu oleh gempabumi yang dibuktikan dengan adanya 10 zona keruntuhan pantai di sepanjang Teluk Palu. Survei lapangan hasil endapan tsunami telah dilakukan, tetapi belum dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik endapan. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui karakteristik endapan tsunami, mengetahui kondisi foraminifera, dan rekonstruksi run up dan kecepatan tsunami. Lokasi penelitian berada di pesisir Barat Teluk Palu yakni di Desa Loli Pesua, Kecamatan Banawa, Donggala. Data yang digunakan berjumlah 22 sampel dari 5 spot sampling yang berjarak 10 – 15 m sepanjang 75 m. Analisis yang dilakukan yaitu analisis megaskopis, analisis besar butir, analisis geokimia X-Ray fluorescence dan loss on ignition serta analisis foraminifera. Penelitian ini juga melakukan rekonstruksi run up dengan persamaan Srisutam menggunakan hasil analisis nilai besar butir. Karakteristik endapan tsunami Palu 28 September 2018 daerah Loli Pesua menunjukkan kontak langsung dengan endapan pratsunami, didominasi berukuran pasir sedang dan pasir kasar, 1-2 pola suksesi menghalus ke atas, warna hitam kecoklatan, dan pemilahan buruk. Pada bagian atas endapan terdapat fragmen batu berukuran kerikil, tebal endapan secara lateral bervariasi 1–5,2 cm, terdapat adanya pecahan karang dan cangkang, kurva mode relatif unimodal berukuran 0,037? - 5,764? pasir kasar hingga lanau kasar dan sortasi baik - sangat buruk. Endapan tsunami juga memiliki kelimpahan unsur Ca dan Sr (18108.4 - 120808.1 ppm dan 98.16 – 1456.17 ppm), kandungan material organik 4,72 % – 21,47 % dan kandungan material karbonat 5,83% - 55,83%. Hasil analisis vertikal pada endapan tsunami menyimpulkan terdapat 1-2 pola perubahan nilai pada nilai mean, jumlah foraminifera, dan kandungan unsur Ca. Terendapnya fragmen kerikil pada mengindikasikan gelombang kedua lebih besar sehingga membawa material lebih besar. Gelombang ketiga membawa sebagian endapan kedua sehingga yang tersisanya endapan tipis dan kerikil. Foraminifera berasal dari batimetri transisi hingga neritik tengah. Spesies foraminifera yang ditemukan mirip dengan spesies foraminifera pada endapan pantai. Pengukuran foraminifera dan menilai kerusakkan foraminifera digunakan untuk mendukung karakteristik endapan tsunami. Foraminifera yang cenderung rusak dan banyak pecahan cangkang terdapat di bagian bawah endapan tsunami yang berbatasan langsung dengan endapan pratsunami. Karakteristik endapan tsunami longsoran Palu 2018 berdasarkan perbandingan hasil studi penelitian sebelumnya (di Lesehan dan di Kayumalue) menunjukan bahwa endapan tsunami memiliki ketebalan yang tipis, kurva mode relatif unimodal, foraminifera berasal dari batimetri transisi hingga neritik dalam. Nilai kandungan unsur Ca, unsur Sr, dan material karbonat pada endapan tsunami mengalami penurunan secara vertikal. Secara umum karakteristik endapan tsunami akibat longsoran memiliki ketebalan yang tipis dan memiliki nilai unsur Ca dan Sr yang relatif lebih kecil dibandingkan endapan tsunami akibat gempabumi. Hasil perhitungan kecepatan rata-rata tsunami pada transect Loli Pesua yaitu 1.703 m/s, tinggi run up 6.67m, dan inundasi 167m. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil perhitungan inundasi dengan hasil pengukuran dilapangan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa metode Srisutam menggunakan asumsi yang cukup sederhana yaitu data besar butir yang menghalus ke arah daratan dan endapan tsunami tidak akan tererosi oleh gelombang balik sehingga hasil perhitungan tidak akurat.