Industri ritel mebel merupakan industry yang masih menjanjikan, hal ini ditunjukan melalui
data rata-rata peningkatan pertumbuhan industry mebel sebesar 5%. Selain itu, walaupun
pertumbuhan PDB industri ritel non-otomotif menunjukan tren menurun karena pandemic
COVID 19, namun pada tahun 2021, industri ritel mulai pulih dan tumbuh positif pada kuartal
kedua tahun 2021. Tingkat kompetisi industry ritel mebel juga semakin menguat dengan
bermunculannya perusahaan ritel mebel local dan internasional yang menawarkan produk
sejenis.
PT XYZ adalah salah satu perusahaan ritel internasional yang menjual mebel dan
perlengkapan rumah. Saat ini, PT XYZ sedang dalam proses ekspansi toko di beberapa daerah,
termasuk salah satunya toko cabang Bandung yang baru dibuka pada Maret 2021. Sejak toko
pertama kali dibuka, PT XYZ mengalami beberapa masalah, di antaranya jumlah penjualan,
jumlah pengunjung, rata-rata pembelanjaan, dan laju konversi yang cenderung menunjukan
tren menurun. Maka dari itu, PT XYZ membutuhkan suatu system pengukuran kinerja untuk
mempermudah identifikasi area yang harus diperbaiki agar meningkatkan kinerja perusahaan
secara keseluruhan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dan dapat bersaing dengan
competitor.
Tugas akhir ini bertujuan untuk membantu PT XYZ dalam merancang system manajemen
kinerja baru yang terintegrasi. Data primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi langsung
dengan manajemen, sedangkan data sekunder diperoleh dari data histori perusahaan dan kajian
literatur. Kerangka kerja yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah menggunakan
Knowledge-Based Performance Management System yang dikembangkan oleh Wibisono, D
(2012).
Kerangka kerja KBPMS ini terdiri dari tiga perspektif, yaitu keluaran organisasi, proses
internal, dan kapabilitas sumber daya. Terdapat 5 tahapan dalam merancang kerangka kerja
KBPMS, yaitu perancangan pondasi, Analisa informasi dasar, perancangan PMS,
implementasi, dan penyegaran. Pada tahap pondasi, terdapat 4 prinsip dasar dan 5 peraturan
yang harus dipertimbangkan. Kemudian pada tahap informasi dasar, dilakukan Analisa
mengenai lingkungan bisnis perusahaan menggunakan metode PESTEL dan Porter’s Five
Forcess.
Pada tahap perancangan, dimulai dari evaluasi visi berdasarkan vision generator, evaluasi misi
berdasarkan kriteria checklist, dan penyusunan strategi menggunakan Analisa VRIO.
Selanjutnya melakukan penetapan variable dan indicator kinerja untuk masing-masing aspek Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan manajemen, diperoleh 30 variabel kinerja
untuk ketiga aspek. Kemudian dilakukan Analisa keterkaitan antar variable menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui bantuan software Super Decision untuk
mengetahui variable yang memiliki bobot-bobot tertinggi. Tahap terakhir dari proses
perancangan adalah proses kaji banding eksternal maupun internal. Tahap keempat dari
kerangka kerja KBPMS adalah implementasi, dimana pada tahap ini, penulis merancang
display untuk menampilkan perkembangan atau pencapaian variable kinerja yang telah
ditentukan.
Diharapkan dengan adanya system pengukuran kinerja yang baru, manajemen PT XYZ dapat
mengintegrasikan pengukuran kinerjanya dengan visi, misi, dan strategi perusahaan, serta
mempermudah perusahan dalam menganalisa factor yang perlu diperbaiki agar kinerja
perusahaan secara keseluruhan dapat meningkat