Organisasi nirlaba memiliki beragam cakupan misi sosial dan dampak. Pada dasarnya,
organisasi ini sebagian ditopang oleh sukarelawan yang mana menarik perhatian dan saat ini
perlu untuk bertahan di tengah persaingan serta bergerak ke arah yang berkelanjutan melalui
strategi berbagi pengetahuan. Salah satu fenomena yang mendasari adalah bagaimana proses
berbagi pengetahuan yang bersifat tacit terjadi di dalam organisasi. Tacit knowledge sering
disebut sebagai skill, know-how, dan keahlian yang melekat pada setiap individu dalam suatu
organisasi. Metode dan alat yang tersedia untuk mendukung berbagi pengetahuan tacit
sebagian besar terkonsentrasi pada interaksi sosial, pertemuan tatap muka dan komunikasi
lisan. Akan tetapi, penelitian akademis dan publikasi ilmiah mengenai tacit knowledge sharing
(TKS) pada konteks organisasi nirlaba di Indonesia masih sangat terbatas dan bahkan bisa
dikatakan jarang. Para penulis percaya bahwa kurangnya perhatian yang diberikan oleh
organisasi nirlaba atau komunitas sosial terhadap manajemen strategis pengetahuan mereka
mengkhawatirkan. Sebab, tacit knowledge merupakan salah satu area yang kurang
tereksplorasi dalam manajemen pengetahuan karena sulitnya mengkodifikasi, merumuskan
atau mengungkapkannya.
Hal ini mendasari pentingnya melakukan penelitian mengenai tacit knowledge sharing (TKS)
dalam ranah organisasi nirlaba di Indonesia yang kerap kali tidak menyadari proses ini sudah
dilakukan. Dengan mempertimbangkan masalah ini, penelitian bertujuan untuk: (1)
menggambarkan praktik TKS di salah satu studi kasus organisasi nirlaba yang ada di
Indonesia, (2) menggali beberapa isu seperti faktor pendorong terjadinya TKS di organisasi
nirlaba yang dilakukan oleh para sukarelawan. Riset ini berlangsung dalam lima tahap: 1)
Observasi fenomena, ulasan literatur, dan identifikasi masalah; 2) pemilihan kasus; 3)
pengumpulan data dan transkripsi; 4) pembuatan kode dan analisis data; dan 5) finalisasi
penulisan. Penelitian eksplorasi melalui analisis tematik dipilih sebagai metode untuk
menjawab penelitian ini dengan wawancara secara mendalam terhadap partisipan yang
berperan sebagai relawan di satu organisasi nirlaba dipilih sebagai sampel penelitian.
Wawancara tersebut dilakukan secara dalam jaringan (online) mengingat kondisi limitasi
pandemi. Analisis penelitian menghasilkan deskripsi umum mengenai proses pertukaran
pengetahuan tacit seluruh kasus, motivasi yang menjelaskan mengapa mereka mau berbagi
pengetahuan tanpa imbalan di sebuah organisasi non-profit, pengembangan model berbagi
pengetahuan tacit, dan rekomendasi peningkatan aktivitas berbagi pengetahuan dalam
organisasi non-profit.
Temuan penelitian memperlihatkan faktor individu seperti perilaku altruistik hingga
kepercayaan antar tim berpengaruh untuk mendorong seseorang berbagi pengetahuan tacit.
v
Tidak hanya itu, faktor organisasi seperti budaya organisasi yang mengedepankan pada
keterbukaan, hubungan mentor di organisasi, hingga apresiasi yang dilakukan secara berkala
mampu meningkatkan kapasitas individu untuk berbagi pengetahuan. Selain itu pengetahuan
tacit saat ini menjadi topik hangat di bidang pengembangan komunikasi pengetahuan. Sulit
untuk menyampaikan jenis pengetahuan ini. Ini hanya dapat terjadi jika orang-orang bekerja
sama dalam lingkungan tim yang kolaboratif dan bersedia untuk berbagi pengetahuan mereka.
Temuan menunjukkan bahwa beberapa metode dan alat tambahan digunakan selain yang
dijelaskan dalam literatur, dan bahwa sejumlah kondisi mengenai sikap terhadap berbagi
pengetahuan dan budaya tempat kerja harus dipenuhi agar alat dan metode tersebut berhasil
diterapkan. Pada akhirnya, sebuah hasil temuan yang dibangun untuk membantu memahami
fenomena (TKS) yang berlangsung di organisasi nirlaba serta dapat menyarankan manajer
organisasi untuk lebih memperhatikan motivator serta praktik organisasi kesukarelawanan
mereka ketika mengadopsi rutinitas (TKS). Hal ini penting sebagai referensi terhadap studi
selanjutnya yang berfokus pada manajemen pengetahuan dan sebagai pedoman untuk
manager di organisasi non-profit untuk lebih memperhatikan kualitas dan prosedur berbagi
pengetahuan yang terjalin didalamnya.