Semakin meningkatnya kebutuhan akan pembangunan dan pemeliharaan perkerasan jalan
berdampak pada kebutuhan material seperti aspal dan agregat, sehingga diperlukan inovasi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan Reclaimed
Asphalt Pavement (RAP). Penggunaan RAP memiliki manfaat meminimalisir penggunaan
material baru, menghemat energi, lebih ramah lingkungan, dan geometri jalan dapat
dipertahankan sehingga diharapkan material RAP dapat dimanfaatkan secara optimum.
Material RAP yang sudah mengalami penuaan memiliki masalah dalam perpaduan,
sehingga digunakan Warm Mix Asphalt (WMA) untuk mencegah penuaan lebih lanjut
dengan menggunakan aditif Evotherm. Evotherm juga dicoba sebagai bahan peremaja
untuk mengembalikan karakteristik aspal RAP seperti aspal pen 60-70.
Material RAP diperoleh dari hasil scrapping pada Tol Wiyoto Wiyono. Campuran didesain
untuk AC-BC pada campuran WMA dengan kadar RAP 30%, 50%, dan 70% dan
menggunakan Evotherm sebagai aditif WMA dan peremaja aspal RAP. Analisis campuran
dengan menggunakan pengujian Marshall dan analisis kinerja pada pengujian stabilitas
Marshall sisa, Modulus Resilien, dan deformasi permanen atau ketahanan terhadap
kelelahan (fatigue).
Sebagai aditif WMA, 2% Evotherm dapat menurunkan viskositas aspal Pen 60-70 hingga
suhu pencampuran 147°C. Ketika dicoba sebagai bahan peremaja, 23% Evotherm mampu
mengembalikan penetrasi aspal RAP hingga 66,5 dmm namun belum mampu memperbaiki
sifat kohesinya. Proporsi RAP yang semakin tinggi dalam campuran meningkatkan nilai
Kadar Aspal Optimum (KAO), nilai stabilitas, flow, dan VIM. Campuran WMA RAP 30%
dan 50% memiliki durabilitas lebih baik dari campuran kontrol HMA. Campuran WMA
RAP memiliki nilai Modulus Resilien lebih tinggi dari campuran HMA dengan perolehan
modulus maksimum pada RAP 50%. Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue) paling baik
pada campuran HMA dan WMA RAP 30% memiliki umur fatigue paling panjang
dibanding WMA RAP 50% dan 70%. Kadar RAP 70% paling efisien dalam penggunaan
material baru.