digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Aksara Lontara merupakan kekayaan budaya literasi suku Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan yang mulai dikhawatirkan akan segera punah. Upaya pelestarian aksara Lontara masih terus dilakukan di ranah pendidikan melalui mata pelajaran muatan lokal mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) akan tetapi tidak semua sekolah dapat mengadakan mata pelajaran tersebut dikarenakan masih kurangnya tenaga pengajar ahli. Materi pengenalan aksara Lontara selalu terjadi di beberapa jenjang pendidikan karena kurangnya penguasaan murid terhadap aksara tersebut baik dari visual dan audio, pengulangan dimulai dari usia 7-8 tahun ketika anak duduk di kelas 2-3 Sekolah Dasar. Kurangnya alternative media dan metode pembelajaran yang masih monoton menyebabkan kurangnya antusiasme pada murid. Pada saat ini game edukasi merupakan media yang banyak dikembangkan dan digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat meningkatan antusiasme murid. Penelitian ini menggunakan metode perancangan double diamond dengan perancangan media menggunakan pendekatan teori Fullerton dalam perancangan game. Hasil dari penelitian ini adalah berupa rancangan game edukasi dengan konten aksara Lontara berjenis memory game berbasis 2D yang bernama Tara dan Lontara. Memory game cukup banyak digunakan dalam game edukasi pengenalan huruf di playstore, namun kurang mengeksplorasi penambahan dramatic element. Penambahan character dan story dalam game serta proses mencocokkan kartu berulang-ulang memberikan pengalaman baru yang disenangi oleh target audience dalam belajar aksara lontara. Hasil perancangan game tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan penggunan media game dalam mengajarkan aksara-aksara lainya di sekolah dan dapat menjadi salah satu upaya dalam melestarikan aksara- aksara di Indonesia agar terhindar dari kepunahan