Aksara Lontara merupakan kekayaan budaya literasi suku Bugis di Provinsi
Sulawesi Selatan yang mulai dikhawatirkan akan segera punah. Upaya pelestarian
aksara Lontara masih terus dilakukan di ranah pendidikan melalui mata pelajaran
muatan lokal mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) akan tetapi tidak semua sekolah
dapat mengadakan mata pelajaran tersebut dikarenakan masih kurangnya tenaga
pengajar ahli. Materi pengenalan aksara Lontara selalu terjadi di beberapa jenjang
pendidikan karena kurangnya penguasaan murid terhadap aksara tersebut baik dari
visual dan audio, pengulangan dimulai dari usia 7-8 tahun ketika anak duduk di
kelas 2-3 Sekolah Dasar. Kurangnya alternative media dan metode pembelajaran
yang masih monoton menyebabkan kurangnya antusiasme pada murid. Pada saat
ini game edukasi merupakan media yang banyak dikembangkan dan digunakan
sebagai media pembelajaran karena dapat meningkatan antusiasme murid.
Penelitian ini menggunakan metode perancangan double diamond dengan
perancangan media menggunakan pendekatan teori Fullerton dalam perancangan
game. Hasil dari penelitian ini adalah berupa rancangan game edukasi dengan
konten aksara Lontara berjenis memory game berbasis 2D yang bernama Tara dan
Lontara. Memory game cukup banyak digunakan dalam game edukasi pengenalan
huruf di playstore, namun kurang mengeksplorasi penambahan dramatic element.
Penambahan character dan story dalam game serta proses mencocokkan kartu
berulang-ulang memberikan pengalaman baru yang disenangi oleh target audience
dalam belajar aksara lontara. Hasil perancangan game tersebut dapat menjadi salah
satu pertimbangan penggunan media game dalam mengajarkan aksara-aksara
lainya di sekolah dan dapat menjadi salah satu upaya dalam melestarikan aksara-
aksara di Indonesia agar terhindar dari kepunahan