Prolanis merupakan suatu program pengelolaan penyakit kronis yang diadakan oleh pemerintah
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi dan diabetes melitus tipe-2.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pasien perlu mengonsumsi obat secara rutin. Namun,
penggunaan terapi farmakologi tidak lepas dari efek samping obat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kejadian reaksi obat merugikan pada pasien Prolanis yang mengonsumsi obat
antihipertensi dan/atau antidiabetes beserta kategori asesmen Naranjo, mengidentifikasi potensi
interaksi obat yang dialami oleh pasien, menganalisis perbedaan algoritme Naranjo dengan New
Genetic Algorithm (NGA), serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian reaksi
obat merugikan. Penelitian dilakukan secara observasional dan konkuren dengan desain potong
lintang terhadap 90 pasien. Data diperoleh melalui wawancara, data rekam medis, dan data hasil
laboratorium. Wawancara efek samping obat dilakukan menggunakan asesmen algoritme Naranjo
dan NGA. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 56,67% pasien mengalami efek samping akibat
penggunaan obat. Kesemutan dan gangguan sistem muskuloskeletal menjadi efek samping yang
banyak dialami oleh pasien. Potensi interaksi obat yang banyak terjadi yaitu kombinasi amlodipin
dan simvastatin. Dari data diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan hasil pengkategorian
probabilitas efek samping antara kedua algoritme (p=0,058). Dari hasil uji korelasi, diperoleh
hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin (p=0,006) dan usia (0,048) terhadap
kejadian efek samping obat. Namun, tidak terdapat korelasi antara jumlah obat yang dikonsumsi
(p=0,081), indeks massa tubuh (p=0,081), dan terkendalinya gula darah (p=0,371) atau tekanan
darah (p=0,081) terhadap kejadian efek samping obat.