Industri Aviasi Indonesia pada tahun 2020 diprediksi tumbuh sekitar 7,0% dibandingkan 2019. Hal itu pada awalnya memberikan optimisme yang tinggi bagi industri MRO Indonesia, setidaknya di awal tahun, sebelum WHO mendeklarasikan pandemi COVID-19 pada Maret 2020. Pandemi COVID-19 berdampak sangat buruk pada industri penerbangan & MRO. Hingga Juli 2021, penerbangan masih belum mencapai 50% dibandingkan era pra-COVID. Banyak perusahaan MRO, seperti GMF AeroAsia, harus menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menyebabkan pasar menyusut secara signifikan, dan masuk pada kategori financial distress. Beberapa inisiatif memang telah dilakukan oleh perusahaan, namun dengan kondisi pandemi yang berkepanjangan dan ketidakpastian pemulihan industry aviasi, diperlukan strategi lebih lanjut untuk bertahan dan tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi perusahaan saat ini dan menyusun strategi berdasarkan 2 tahapan, yaitu fase Retrenchment dan fase Recovery. Fase Retrenchment akan fokus pada strategi survival, sedangkan fase Recovery akan fokus pada strategi pertumbuhan berdasarkan tools scenario planning karena ketidakpastian masa depan. Penyusunan strategi dilakukan berdasarkan observation and interview serta secondary sources. Beberapa inisiatif untuk strategi survival diantaranya adalah pemotongan jumlah karyawan, efisiensi operasional, penghapusan produk, likuidasi & divestasi, debt to equity swap, dan negosiasi ulang dengan vendor/bank. Sedangkan strategi pertumbuhan dikembangkan berdasarkan 4 skenario yaitu Flying Through Thunderstorm, Flying with Engine Failure, Flying with Broken Wings, dan Flying Zig-Zag.