Permintaan kopi Robusta dari Jawa Barat meningkat dari tahun ke tahun karena
kopi Robusta dari Jawa Barat memiliki kualitas yang baik. Profil metabolit kopi
green beans dari area budidaya yang berbeda bervariasi dan memengaruhi kualitas
kopi. Profil metabolit pada kopi Robusta dari enam wilayah berbeda di Jawa Barat,
yaitu Bogor, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, dan Sumedang, dapat
dianalisis dengan pendekatan metabolomik. Metabolit yang memberikan pengaruh
signifikan pada kualitas kopi sudah banyak diketahui, diantaranya kafein dan asam
klorogenat (CGA). Tujuan dari penelitian ini mengungkap profil metabolit volatile
pada biji kopi Robusta dari Jawa Barat untuk menentukan perbedaan metabolit
yang dapat membedakan kopi dari enam wilayah berbeda tersebut, mengungkap
prediksi jalur biosintesis dari metabolit marka dan menentukan kadar kafein dan
asam klorogenat. Sampel biji kopi dikoleksi dari enam wilayah tersebut dianalisis
menggunakan alat GC/MS-SPME (Gas Chromatography Mass Spectrometry-
Solid Phase Micro Extraction), masing-masing sebanyak 3 ulangan. Untuk
identifikasi metabolit, puncak-puncak dari spektrum masa GC/MS sampel
dibandingkan dengan spektrum masa dari pustaka pembanding NIST 14 (National
Institute of Standards and Technology), dan nilai LRI (linier retention indices)
sampel dengan nilai LRI pustaka. Keseluruhan data yang diperoleh dianalisis
dengan statistik multivariat yaitu Principal component analysis (PCA), Partial
Least Square – Discriminant Analysis (PLS-DA), analisis hierarki clustering,
analisis Variable Importance in Projection (VIP) dan analisis jalur metabolisme
berbasis database jalur KEGG (Kyoto encyclopedia of genes and genomes)
menggunakan software metaboanalyst 5.0. Dari 143 metabolit yang teridentifikasi,
57 metabolit telah dikonfirmasi berdasarkan nilai LRI. Hasil analisis PCA
menunjukkan nilai variansi PC-1 39.1% dan PC-2 21.2% sehingga total variansi
dari dua komponen utama sebesar 60.2%. Berdasarkan analisis PCA, tampak
sampel biji kopi asal Cianjur terpisahkan tersendiri demikian juga sampel biji kopi
asal Bogor terpisahkan tersendiri. Namun, sampel biji kopi asal Ciamis, Sumedang,
Kuningan, Tasikmalaya berkelompok berdekatan satu sama lain menjadi satu
klaster. Hasil analisis PLS-DA memperlihatkan ada delapan (8) metabolit kandidat
biomarka (berdasarkan nilai VIP ? 1.5), lima diantaranya teridentifikasi sebagai
senyawa benzaldehyde, isovaleric acid, diisobutyl succinate, acetic acid, dan phenyl
acetate dengan nilai LRI berturut-turut 1508.2, 1658.3, 1894.2, 1442.05, dan
1671.04. Berdasarkan analisis jalur metabolisme terhadap kelima biomarka
menggunakan KEGG diperoleh tiga jalur prediktif biosintesis dari biomarka yang
teridentifikasi, yaitu prediktif jalur metabolisme degradasi toluen, biosintesis
alkaloid dan metabolisme sulfur. Analisis kadar kafein dan CGA menggunakan
UV-HPLC menunjukkan bahwa konsentrasi kafein dalam biji kopi green bean dan
roasted beans berturut-turut berkisar antara 7.67-16.52% dan 10.79-15.56%.
Konsentrasi CGA dalam biji kopi green bean dan roasted beans berturut-turut
berkisar antara 0.74-3.03% dan 0.25-0.77%. Hasil analisis PCA menunjukkan
variabel mikroklimatik yang paling berpengaruh terhadap konsentrasi kafein adalah
ketinggian tempat, suhu, dan kelembaban dengan nilai PC1 47.8%, sedangkan
variabel mikroklimatik yang paling berpengaruh terhadap konsentrasi CGA adalah
curah hujan dengan nilai PC1 37.2% dari total varians. Dapat disimpulkan, profil
metabolit sampel biji kopi yang dianalisis dengan statistik multivariat
dikelompokkan menjadi tiga klaster utama, yaitu klaster kopi Cianjur, klaster kopi
Bogor dan klaster kopi Ciamis-Sumedang-Kuningan-Tasikmalaya. Diperoleh tiga
jalur prediktif biosintesis senyawa biomarka yaitu jalur metabolisme degradasi
toluen, biosintesis alkaloid dan metabolisme sulfur. Terdapat korelasi positif dari
faktor kelembaban, suhu, dan ketinggian terhadap kadar kafein. Namun, tidak ada
faktor mikroklimatik apapun yang memiliki korelasi yang positif terhadap kadar
asam klorogenat.