digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Beberapa jenis industri yang ada menghasilkan limbah dari aktivitas pabrik, salah satunya adalah logam krom. Menurut The Health Risk Index (HRI), logam Cr (VI) adalah salah satu logam berat yang berbahaya karena memiliki sifat toksik, mutagenic, dan karsinogenik apabila terpapar ke manusia secara langsung. Bioremediasi merupakan salah satu alternatif teknologi hayati yang dapat digunakan untuk menghilangkan polutan. Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme untuk membersihkan polutan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode kovensional. Jamur pelapuk putih (Phanerochaete chrysosporium) merupakan jenis jamur yang umum digunakan untuk remediasi karena mampu menyerap logam dengan rentang toleransi yang besar untuk bertahan, tidak dibutuhkan nutrisi tambahan, dapat memindahkan logam dengan cepat, dan memiliki ketahanan pada konsentrasi awal logam berat yang tinggi. Untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki jamur ini maka dilakukan lah beberapa perlakuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh dari perlakuan alkali dan inaktivasi panas terhadap kapasitas biosorpsi, karakter isotherm, dan kinetika sorpsi jamur pelapuk putih terhadap penyerapan logam berat Cr (VI). Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat nilai efisiensi dari resorpsi logam Cr(VI) oleh jamur pelapuk putih. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah batch adsorption dengan variasi logam berat Cr (vi) pada 50, 100, 150, 200, dan 250 ppm. Jamur pelapuk putihyang akan diuji pada variasi konsentrasi logam Cr (vi) yang terbagi dalam 3 jenis perlakuan yaitu : 1) Alkali (NaOH Treatment) 2) Inaktivasi panas 3) Kontrol. Data yang dihasilkan akan diukur menggunakan spektrofotometri uv-vis yang nantinya akan didapatkan nilai konsentrasi dari logam Cr (VI). Data yang didapatkan nantinya akan dianalisis dan dioleh secara statistik menggunakan originproB-2019. Nilai kapasitas maksimum sorpsi jamur didapatkan nilai negatif dikarenakan sehingga nilai qmax tidak dapat ditentukan. Pada analisis isotherm Langmuir dan Freudlich dari proses adsorpsi krom didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) yang lebih tinggi pada isotherm Freudlich pada perlakuan Alkali dan inaktivasi panas yaitu 0.929 dan 0.8467 jika dibandingkan dengan isotherm langmuir sehingga lebih tepat dalam menggambarkan mekanisme biosorpsi. Dari analisis kinetika sorpsi model kinetika lebih mengikuti pseudo second order dengan nilai K2 yaitu 8,94 menit-1 dan nilai K2 perlakuan alkali bernilai negatif. Dari uji desorpsi didapatkan nilai efisiensi dari perlakuan inaktivasi panas yaitu 91,29%