digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Zulkarnaen Arsadduddin
EMBARGO  2027-05-28 

TS-TK-Zulkarnaen Arsadduddin-23019032-1-Bab I.pdf]
EMBARGO  2027-05-28 

TS-TK-Zulkarnaen Arsadduddin-23019032-1-Bab II.pdf)u
EMBARGO  2027-05-28 

TS-TK-Zulkarnaen Arsadduddin-23019032-1-Bab III.pdf?
EMBARGO  2027-05-28 

TS-TK-Zulkarnaen Arsadduddin-23019032-1-Bab IV.pdf)u
EMBARGO  2027-05-28 

TS-TK-Zulkarnaen Arsadduddin-23019032-1-Bab V.pdf]
EMBARGO  2027-05-28 

Primary reformer merupakan alat kritis dalam proses produksi amoniak di PT Pupuk Kujang. Alat tersebut berguna untuk mengubah gas alam menjadi gas sintesis (H2, CO, dan CO2) melalui reaksi steam methane reforming (SMR). Reaksi SMR bersifat sangat endothermis di mana kebutuhan panas reaksi tersebut disuplai oleh pembakaran fuel pada burner. Selama pabrik amoniak beroperasi, pengapian di primary reformer memiliki profil yang tidak optimum. Hal tersebut terlihat dari visual profil api yang tidak lurus, cenderung menyebrang ke row lain, diikuti dengan beberapa visual tube yang menyala dan berwarna merah mengindikasikan adanya hot spot. Kejadian ini menyebabkan umur katalis di primary reformer bagian dalam tidak lama karena sering mengalami kerusakan akibat pemanasan berlebih. Dalam karya tulis ini akan dipelajari penyebab adanya pemanasan berlebih dan pengaruh diameter lubang ujung nozel sekunder arch burner terhadap profil api yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode numerik dengan software Computational Fluid Dynamics (CFD). Output software CFD berupa profil suhu dan konsentrasi spesies diperlukan untuk mengidentifikasi sumber masalah sehingga didapatkan konfigurasi alat yang optimum. Dari hasil evaluasi, diketahui bahwa burner existing tidak mampu mengakomodir kebutuhan bahan bakar yang ada melalui nozzle burner yang ada sehingga harus beroperasi dengan kecepatan di atas 100 m/s. Oleh karena itu diperlukan modifikasi burner dengan memperbesar ukuran primary nozzle dan menghilangkan secondary nozzle sebagai alternatif suplai bahan bakar. Pengunaan secondary nozzle ini berakibat pada pencampuran bahan bakar yang kurang baik.