digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Pravira Rizki Suwarno
PUBLIC Alice Diniarti

Penanganan banjir di Citarum Hulu pada era tertentu, sebelum tahun 1990 hingga awal 2000 dilakukan dengan membangun sudetan di tikungan/ meander alur sungai. Telah dilakukan lebih dari puluhan sudetan di sepanjang Sungai Citarum Hulu. Kinerja sudetan dalam pengendalian banjir tidak menyelesaikan secara tuntas sehingga masih terjadi banjir tahunan di daerah terdampak permanen seperti daerah Sapan, Dayeuhkolot, Baleendah, dan sekitarnya. Dan bahkan menimbulkan efek ikutan terhadap percepatan angkutan sedimen dan perubahan morfologi, baik di sudetan maupun di masuk (inlet) dan keluar (outlet) sudetan. Hasil analisis menunjukkan penampang sudetan yang berfungsi mempercepat aliran meningkatkan kapasitas debit alur sungai kurang lebih 25% atau dari 450 m3/s - 575 m3/s, sedangkan perubahan morfologinya berkisar 103,2 – 145,9% terutama lebar dasar sungai. Penelitian jari-jari meander yang disudet menghasilkan bahwa jari-jari yang ada masih di bawah dari jari-jari stabil yang dirumuskan oleh Ripley (1927). Dengan debit banjir bankfull didapat jari-jari tikungan luar berkisar dari 600 – 1.300 meter. Sedangkan jari-jari tikungan luar eksisting berkisar 80 – 300 meter, sehingga dikhawatirkan sudetan akan bergerak menuju ke arah tikungan/meander semula, dalam waktu puluhan sampai ratusan tahun. Untuk mencegah bergesernya alur sudetan, maka perlu proteksi dengan tembok penahan tebing yang kuat yaitu slab beton bertulang. Perkuatan tebing juga disarankan di dinding inlet dan outlet sudetan. Analisis angkutan sedimen dari efek percepatan aliran di sudetan yang dimodelkan dengan HEC-RAS memberikan hasil laju angkutan sedimen sebesar 118.040 ton/tahun, menimbulkan perubahan morfologi sudetan berupa gerusan terbesar yaitu 1 meter dan endapan terbesar yaitu 1,4 meter. Sudetan meninggalkan lahan antara meander dan alur lurus sudetan atau dikenal dengan oxbow, yang tidak terkelola dengan baik, maka oxbow dapat didayagunakan sebagai kolam retensi drainase lokal dan konservasi air tanah. Jika model kolam retensi dengan menggali sedalam 6 (enam) meter seperti Kolam Retensi Andir, maka akan akan memiliki kapasitas storage 45.000 – 645.000 m3, dengan total storage oxbow sebesar 2,9 juta m3, yang dapat dimanfaatkan sebagai air baku secara lokal dengan Water Treatment Plant (WTP) lokal. Kolam retensi juga berfungsi sebagai imbuhan (artificial recharge) air tanah, dari perubahan koefisien permeabilitas tanah permukaan sebesar 10-6 - 10-5 cm/s menjadi 10-5 - 10-3 cm/s, setara dengan nilai resapan 86,4 mm/hari yang melebihi curah hujan normal (>60 mm/hari - BMKG).