Alun-alun merupakan salah satu tipologi ruang publik di Indonesia yang memiliki
filosofi dan makna ruang yang kaya. Namun seringkali ditemui kondisi alun-alun
saat ini tidak merepresentasikan nilai kulturalnya dengan baik. Nilai kultural
sendiri didefinisikan sebagai pedoman atau prinsip umum yang berlaku di
masyarakat untuk kehidupan sehari-hari, dapat terepresentasikan melalui kegiatan,
simbol, dan fungsi ruang. Komponen nilai kultural setidaknya terdiri dari
kegiatan, simbol, relasi sosial, interaksi dengan alam, dan tatanan/struktur sosial.
Dalam konteks perancangan kota, nilai kultural memiliki pengaruh dalam aspek
sosial, fungsional, dan simbolis.
Berkaitan dengan kondisi alun-alun saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat
memiliki rencana untuk merevitalisasi alun-alun skala kabupaten/kota. Namun
belum terdapat rumusan nilai kultural khas Jawa Barat sebagai dasar perancangan
alun-alun. Perlu dirumuskan panduan supaya perancangan alun-alun yang akan
dilakukan merepresentasikan kekhasan nilai kultural Jawa Barat. Oleh karenanya,
penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi nilai kultural alun-alun di Jawa
Barat untuk memperkuat karakter dan identitas alun-alun sebagai ruang publik.
Ruang lingkup penelitian ini meliputi Provinsi Jawa Barat, namun diambil enam
alun-alun skala kabupaten kota sebagai sampel yaitu: Kota Bandung, Kota
Cirebon, Kota Bogor, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, dan
Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan eksploratif
melalui metode kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
primer yang bersumber dari buku, catatan sejarah, rencana, penelitian terdahulu,
dan literatur pendukung lainnya, serta data sekunder melalui wawancara dan
observasi. Data tersebut selanjutnya dianalisis melalui analisis isi kualitatif untuk
mengidentifikasi komponen nilai kultural alun-alun di Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan komponen nilai kultural alun-alun secara makro
tidak banyak berbeda dengan alun-alun di daerah lain. Kekhasan Jawa Barat
ditunjukkan pada tingkatan rinci, seperti elemen pelengkap berupa babancong dan
pola makro pembagian ruang yang berbasis gunung dan sungai, yang tidak
ditemukan di tempat lain. Persoalan perwujudan nilai kultural dalam perancangan
alun-alun di Jawa Barat bervariasi pada masing-masing tempat. Persoalan yang
paling sering ditemui diantaranya adalah terbatasnya orientasi natural dari ruang
alun-alun dan pola ruang sekitar alun-alun saat ini tidak lagi komplit. Berdasarkan
hal tersebut, komponen yang perlu diatur dalam perancangan alun-alun di Jawa
Barat berbasis nilai kultural meliputi: aktivitas, vegetasi, sirkulasi, ornamen
pelengkap, fasilitas pendukung, pola ruang sekitar alun-alun, tata massa
bangunan, dan perlindungan pandangan.