Bangunan memiliki berbagai sistem bangunan. Salah satu sistem bangunan adalah lift. Seperti komponen bangunan lainnya, lift dapat mengalami kerusakan. Kerusakan lift terjadi di berbagai tempat. Kerusakan lift dapat disebabkan oleh getaran pada elemen lift, umur lift yang sudah melebihi yang seharusnya, perusakan lift dengan sengaja, hambatan dalam anggaran, bahkan pemeliharaan, perawatan, dan operasional. Penelitian tentang pemeliharaan, perawatan, dan operasional yang menyebabkan kerusakan lift telah banyak diteliti pada bangunan hunian. Penelitian pada bangunan pendidikan dalam hal ini universitas mengenai hal ini masih jarang ditemukan. Penelitian mengenai pemeliharaan, perawatan, dan operasional yang komprehensif telah dilakukan di Spanyol dan Malaysia, akan tetapi penelitian tersebut masing-masing dilakukan oleh peneliti yang sama. Penelitian dari jurnal-jurnal terakreditasi di Indonesia mengenai hal ini juga belum ditemukan. Di sisi lain, kejadian mengenai hal ini telah banyak ditemukan pada surat kabar. Sementara itu, pembahasan mengenai pemeliharaan membahas sebatas investasi dan kegiatan pemeliharaan lift pada salah satu jurnal di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian bertujuan menemukan pengaruh manajemen dan kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan operasional terhadap kerusakan lift. Penelitian juga bertujuan memberikan rekomendasi bagi manajemen dan kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan operasional lift.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus serta metode kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, wawancara, survei, dan kuesioner. Penelitian dibatasi hanya pada bangunan kampus dalam hal ini Labtek ITB dan hanya pada Labtek yang berusia ? 20 tahun. Wawancara dilakukan kepada pihak Direktorat Sarana dan Prasarana dan pihak Labtek IX-A, IX-B, dan IX-C pada survei awal. Pengumpulan data berupa kuesioner dibagikan secara daring menggunakan metode judgemental sampling kepada Kassubag atau pihak yang bertanggung jawab mengenai pemeliharaan Labtek termasuk di dalamnya lift. Analisis data dilakukan dengan melihat pola dan perbedaan, membandingkan, serta melihat hubungan sebab-akibat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemacetan pintu adalah jenis kerusakan yang paling sering dialami oleh lift. Kerusakan ini paling banyak disebabkan oleh lama usia komponen. Hal ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya. Lama usia komponen membuat lift harus diganti. Lift yang sudah melebihi batas usia maksimum dapat membahayakan pengguna. Pemeliharaan rutin membuat lift di ITB jarang menyebabkan terjadinya kecelakaan dan pemeliharaan rutin dapat menjaga kondisi lift di ITB meski sudah berada pada usia maksimum atau melebihi usia maksimum. Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan rutin dapat dilakukan bagi lift yang sudah berada pada usia maksimum untuk dapat tetap mempertahankan kondisinya sebelum dilakukan pembaruan. Sementara itu, jika pembaruan lift (modernisasi) ingin dilakukan, pengelola kampus dapat memilih untuk melakukan modernisasi sebagian atau seluruh lift. Di sisi lain, pintu adalah komponen yang paling banyak mengalami kerusakan. Hal ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya dan penelitian awal penelitian ini. Hasil penelitian lainnya adalah sering terjadinya kerusakan pintu dan tali disebabkan oleh pemeliharaan, sering terjadinya kerusakan pada baterai, pintu, tali, tombol, dan saklar lampu disebabkan oleh perawatan, dan sering terjadinya kerusakan pada hampir semua komponen disebabkan oleh operasional. Pemeliharaan, perawatan, dan operasional sama-sama mengakibatkan kerusakan pada pintu. Lift Labtek IX-A dan XI sering mengalami kerusakan pada baterai. Di sisi lain, Lift Labtek IX-C dan XI sering mengalami kerusakan pada tali lift. Lift Labtek VI, VIII, dan IX-C sering mengalami kerusakan pada kereta lift. Sementara itu, semua Labtek sering mengalami kerusakan pintu lift kecuali Labtek IX-C. Kerusakan tombol lift dan saklar lampu sering dialami pada Lift Labtek X. Kerusakan alarm sering dialami Lift Labtek IX-A. Lift Labtek VII adalah satu-satunya lift yang sering mengalami kerusakan pintu yang diakibatkan oleh pemeliharaan, perawatan, dan operasional.
Penjagaan kebersihan adalah penyebab kerusakan paling banyak di antara semua kegiatan pemeliharaan. Komponen pintu yang mengalami kerusakan akibat hal ini dapat ditangani dengan pembuatan pedoman pembersihan. Sementara itu, perbaikan yang tidak kunjung dilakukan adalah penyebab kerusakan paling banyak di antara semua kegiatan perawatan. Pintu adalah komponen yang paling banyak mengalami perbaikan yang tidak kunjung dilakukan. Perbaikan yang tidak kunjung dilakukan dapat ditangani dari sisi pengelola gedung kampus dengan mempermudah birokrasi. Di sisi lain, penyelesaian kendala lamanya penggantian spare part dalam birokrasi akibat anggaran dapat disarankan tetap menyesuaikan dengan anggaran. Penggunaan lift yang tidak baik oleh pengguna gedung menjadi penyebab kerusakan paling banyak di antara semua kegiatan operasional. Komponen yang paling banyak mengalami kerusakan karena hal ini adalah pintu dalam bentuk mahasiswa menahan pintu lift. Hal yang dapat dilakukan adalah pemberian penanda larangan menahan pintu lift, sistem penjadwalan yang efisien (efficient elevator scheduling system), dan model penghunian (occupancy model).