digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

TA_2021_Maya Larasati_1-Abstrak.pdf)u
PUBLIC Garnida Hikmah Kusumawardana

Meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global yang terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan perubahan iklim. Industri fashion berkontribusi menjadi salah satu penyumbang emisi terbanyak, yaitu kurang lebih sebesar 4% emisi GRK secara global. Perilaku konsumen yang menyumbang sebesar 23% emisi GRK yang dihasilkan industri fashion berasal dari kegiatan pada tahap konsumsi pakaian, penggunaan, dan perlakuan end of use pakaian. Carbon footprint atau jejak karbon merupakan ukuran dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan serta seberapa banyak emisi GRK yang diproduksi berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari. Studi dilakukan di wilayah Jabodetabek dan Kota Bandung sebagai dua daerah yang termasuk daerah penggerak ekonomi terbesar di Indonesia. Metode pengumpulan data untuk mengetahui perilaku konsumsi pakaian dilakukan menggunakan kuesioner daring dengan aplikasi tripetto.app. Pada penelitian, metode pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik purposive sampling dengan anggota populasi adalah populasi Jabodetabek dan Kota Bandung dengan rentang usia 15-34 tahun. Hasil perhitungan jejak karbon pada perilaku konsumsi pakaian di Jabodetabek dan Kota Bandung dari 524 responden adalah 7,90 ± 6,52 kgCO2eq/orang/bulan. Secara terpisah, rerata jejak karbon hasil penelitian di Jabodetabek dan di Kota Bandung berurut-turut adalah 8,59 ± 6,55 kgCO2eq/orang/bulan dan 7,21 ± 6,42 kgCO2eq/orang/bulan. Berdasarkan analisis statistik deskriptif, perilaku konsumsi pakaian di Jabodetabek dan Kota Bandung yang berpotensi meningkatkan nilai jejak karbon pada tahap konsumsi pakaian adalah frekuensi pembelian pakaian serta bahan pakaian yang dibeli. Pada tahap penggunaan adalah frekuensi yang lebih sering dan waktu yang lebih lama dalam pencucian, pengeringan, dan penyetrikaan. Pada tahap end of use, semakin banyak pakaian yang dibuang, maka semakin besar nilai jejak karbon yang juga didukung oleh hasil statistik inferensial. Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen, jenis kelamin, domisili, dan pekerjaan antara responden di Jabodetabek dan Bandung terdapat perbedaan yang signifikan. Faktor usia dan pendidikan terakhir pada penelitian ini tidak memiliki hubungan dalam meningkatkan nilai jejak karbon perilaku konsumsi pakaian, sedangkan strata ekonomi memiliki hubungan dalam meningkatkan nilai jejak karbon perilaku konsumsi pakaian.