digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Produksi daging ayam potong di Indonesia merupakan industri yang besar di Indonesia. Pada tahun 2019, industri ini menghasilkan sekitar 300.000 ton limbah bulu ayam, yang dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Bulu ayam memiliki kandungan protein mencapai 90% dalam bentuk keratin. Untuk memanfaatkan bulu ayam, diperlukan metode untuk mendegradasi dan meningkatkan kelarutan bulu ayam baik secara fisik, kimiawi, dan biologis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses degradasi bulu ayam dengan perlakuan awal menggunakan ultrasonikasi, dilanjutkan hidrolisis kimiawi dengan natrium hidroksida pada konsentrasi rendah atau hidrolisis enzimatis menggunakan ekstrak kasar enzim keratinase dari Bacillus subtilis dan Aspergillus niger. Ultrasonikasi dilakukan dengan ultrasonic cleaner komersial yang menggunakan panjang gelombang 40 kHz dan memiliki daya sebesar 30 W, dengan pelarut akuades dan variasi waktu perlakuan selama 5, 10, dan 15 menit. Hidrolisis kimiawi dilakukan dengan larutan basa natrium hidroksida (NaOH) pH 11. Untuk hidrolisis enzimatis, digunakan ekstrak enzim kasar keratinase. Hidrolisis dilakukan pada selang waktu 60 jam, dengan pengambilan data setiap 12 jam sekali. Data hidrolisis enzimatis yang didapat kemudian dimodelkan dengan persamaan logistik menggunakan curve fitting. Proses ultrasonikasi meningkatkan kekeruhan pelarut, namun tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) dibandingkan dengan bulu ayam yang tidak disonikasi. Degradasi bulu ayam pada hidrolisis kimiawi menghasilkan degradasi sebesar 15-18% sedangkan hidrolisis enzimatis 16-20% dengan laju degradasi dengan laju degradasi 0,003 gr jam-1. Hasil ini menunjukkan bahwa ultrasonikasi dengan pelarut akuades tidak dapat mempengaruhi proses degradasi bulu ayam.