Produksi daging ayam potong di Indonesia merupakan industri yang besar
di Indonesia. Pada tahun 2019, industri ini menghasilkan sekitar 300.000 ton limbah
bulu ayam, yang dapat mencemari lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Bulu
ayam memiliki kandungan protein mencapai 90% dalam bentuk keratin. Untuk
memanfaatkan bulu ayam, diperlukan metode untuk mendegradasi dan
meningkatkan kelarutan bulu ayam baik secara fisik, kimiawi, dan biologis. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses degradasi bulu ayam dengan
perlakuan awal menggunakan ultrasonikasi, dilanjutkan hidrolisis kimiawi dengan
natrium hidroksida pada konsentrasi rendah atau hidrolisis enzimatis menggunakan
ekstrak kasar enzim keratinase dari Bacillus subtilis dan Aspergillus niger.
Ultrasonikasi dilakukan dengan ultrasonic cleaner komersial yang menggunakan
panjang gelombang 40 kHz dan memiliki daya sebesar 30 W, dengan pelarut
akuades dan variasi waktu perlakuan selama 5, 10, dan 15 menit. Hidrolisis kimiawi
dilakukan dengan larutan basa natrium hidroksida (NaOH) pH 11. Untuk hidrolisis
enzimatis, digunakan ekstrak enzim kasar keratinase. Hidrolisis dilakukan pada
selang waktu 60 jam, dengan pengambilan data setiap 12 jam sekali. Data hidrolisis
enzimatis yang didapat kemudian dimodelkan dengan persamaan logistik
menggunakan curve fitting. Proses ultrasonikasi meningkatkan kekeruhan pelarut,
namun tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) dibandingkan dengan bulu ayam
yang tidak disonikasi. Degradasi bulu ayam pada hidrolisis kimiawi menghasilkan
degradasi sebesar 15-18% sedangkan hidrolisis enzimatis 16-20% dengan laju
degradasi dengan laju degradasi 0,003 gr jam-1. Hasil ini menunjukkan bahwa
ultrasonikasi dengan pelarut akuades tidak dapat mempengaruhi proses degradasi
bulu ayam.