digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Intan Karlisa Dewi
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Api merupakan jenis gangguan yang banyak terjadi di hutan seluruh dunia, salah satunya daerah tropis. Kebakaran di hutan memperlihatkan adanya pola variasi perilaku dan karakteristik api yang sering disebut fire regime. Fire regime memiliki pengaruh kuat pada pembentukan struktur ekosistem, fungsi, dan heterogenitas lanskap. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dampak kebakaran dengan variasi fire regime terhadap dinamika hutan menggunakan model LANDIS-II dengan lokasi studi kawasan hutan Gunung Papandayan. LANDIS II adalah model berbasis proses yang memiliki karakter kunci yaitu bersifat spatially explicit, menggunakan pendekatan stokastik, dan berbasis data raster. Secara spesifik modul dalam LANDIS-II yang digunakan untuk mensimulasikan kebakaran dan respons vegetasinya adalah biomass succession dan base-fire. Eksplorasi dampak kebakaran dilakukan dengan membandingkan tiga skenario simulasi yaitu tidak adanya gangguan, skenario high fire dengan rotasi kebakaran/Fire Rotation Period (FRP) 200 tahun (keadaan lanskap sering mengalami kebakaran), dan skenario low fire dengan FRP 600 tahun (keadaan lanskap jarang mengalami kebakaran). Komunitas hutan yang disimulasikan terdiri dari 11 spesies pohon yang dikelompokkan ke dalam 3 Plant Fuctional Types (PFT) yaitu klimaks, intermediat, dan pionir. Hasil menunjukkan terjadinya penurunan Above Ground Biomass (AGB) secara total pada skenario high fire yang mencapai rata-rata 1326,36 g m-2 (3,7% dari kondisi tanpa gangguan) dan pada skenario low fire sebanyak 660,4 g m-2 (2,3% dari kondisi tanpa gangguan). Selain itu, skenario low fire memberikan perubahan proporsi biomassa yang lebih besar dibandingkan dengan high fire. Secara umum perubahan yang terjadi akibat kebakaran menyebabkan peningkatan proporsi biomassa PFT pionir dan intermediat, sedangkan proporsi biomassa PFT klimaks mengalami penurunan.