digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Luqman Yustiaji
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Batang kelapa sawit memiliki potensi sebagai sumber kayu berkelanjutan untuk berbagai penggunaan seperti bahan furnitur, peralatan rumah tangga dan keperluan lainnya. Namun dalam pemanfaatannya diperlukan pengolahan khusus dikarenakan struktur batang sawit tidak stabil dan memiliki kekuatan rendah. Salah satu cara pengolahan untuk meningkatkan kualitas batang sawit adalah teknologi impregnasi yang merupakan proses pengisian zat pengisi ke dalam struktur kayu. Penentuan kualitas kayu dapat dilakukan melalui uji sifat pemesinan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi optimum abu cangkang sawit dalam resin fenol formaldehida sebagai impregnan terhadap sifat pemesinan kayu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental teknologi impregnasi dengan lima variasi konsentrasi abu cangkang sawit dalam impregnan yaitu 0% (PA0), 1% (PA1), 3% (PA2), 5% (PA3) dan 10% (PA4). Masing-masing perlakuan dilakukan tiga ulangan. Pengujian sifat pemesinan yang dilakukan mengacu pada ASTM D1666. Sifat pemesinan kayu merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas produk kayu yang meliputi aspek uji penyerutan, pembentukan, pengampelasan, pengeboran dan pembubutan. Mutu hasil pemesinan diamati secara visual dan dinilai dengan menghitung persentase cacat yang timbul pada permukaan contoh uji setelah proses pemesinan, kemudian diklasifikasikan ke dalam lima kelas mutu. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan PA4 memiliki sifat pemesinan yang tergolong baik atau kelas II, kecuali sifat penyerutan dan pembentukan yang tergolong sedang atau kelas III. Sehingga dapat dapat digunakan untuk berbagai pengerjaan terutama decorative furniture. Namun dibutuhkan kehati-hatian dalam pengerjaan.