digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Hafizha Fidya Azzahra
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Penyebab terbesar kelelahan adalah kekurangan atau terganggunya waktu tidur. Adapun hal yang menjadi perhatian utama sebagai penyebab kelelahan pada masinis kereta barang, yaitu durasi tempuh yang seringkali melebihi jadwal dinasan yang telah ditetapkan, seperti yang terjadi di Divisi Regional IV PT Kereta Api Indonesia (KAI), Tanjungkarang, Lampung. Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor penyebab kantuk dan kelelahan yang dialami oleh masinis. Faktor penyebab tersebut dikelompokkan dalam dua bagian, yakni faktor dinasan dan non-dinasan. Selain itu, penelitian ini pun memiliki tujuan tambahan, yaitu menentukan risiko kelelahan yang dialami masinis. Penelitian ini dilakukan melalui studi kualitatif dengan dua jenis instrumen, yaitu kuesioner Evaluasi Kelelahan (melibatkan 40 partisipan) dan wawancara semi-terstruktur (melibatkan 21 partisipan). Adapun kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Morningness-Eveningness Questionnaire (MEQ) yang digunakan untuk menilai ritme sirkadian dan kualitas tidur partisipan dalam 1 bulan terakhir. Penggunaan dua instrumen penelitian yang berbeda ini menunjukkan hasil yang serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor dinasan yang menjadi kontributor utama risiko kelelahan adalah durasi tempuh kereta api (KA) yang memanjang (tuntutan pola dinasan dan durasi kerja), jam mulai dinasan terlalu rapat (tuntutan pola dinasan dan durasi kerja), dan sistem pengaturan KA yang tidak konsisten (masalah organisasional). Sementara itu, faktor non-dinasan yang menjadi kontributor utama adalah tingkat kebersihan dan kenyamanan di kabin lokomotif dan griya karya Ketapang yang buruk (kualitas fasilitas kerja), serta realisasi durasi istirahat antar dinasan dan hari libur tidak optimal (dukungan dan perhatian dari manajemen). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa risiko kelelahan masinis berada pada level 3 atau menengah berdasarkan penilaian dari Fatigue Risk Trajectory (FRT). Beberapa rekomendasi manajemen kelelahan yang dapat diterapkan oleh PT KAI adalah perancangan jadwal dinasan yang lebih memerhatikan aktivitas tidur masinis, penambahan durasi libur atau pemulihan (recovery) dan durasi istirahat, peningkatan kenyamanan lingkungan kerja masinis, perbaikan sistem komunikasi antar masinis dan pihak pengendali perjalanan kereta api (PPKP), serta peningkatan dukungan dan perhatian manajemen kepada masinis baik dalam bentuk fisik, psikis, maupun materi.