ABSTRAK Hutahaean Andina Putri M G
PUBLIC Taupik Abidin COVER Hutahaean Andina Putri M G
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-CHAPTER 1.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-CHAPTER 2.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-CHAPTER 3.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-CHAPTER 4.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-CHAPTER 5.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin 2021 TA PP HUTAHAEAAN ANDINA P 1-REFERENCE.pdf
]
PUBLIC Taupik Abidin
Era digital atau revolusi industri keempat adalah era baru yang sudah dihadapi dunia saat ini dan di
masa depan. Era ini selalu berkaitan dengan teknologi media digital, sistem otomasi dan kecerdasan
buatan. Era ini memberi dunia kesempatan untuk tumbuh lebih baik di masa depan. Berdasarkan Erboz
(2017), pilar utama Industri 4.0 adalah Big Data dan Analytics, Robot Otonom, Simulasi, Integrasi
Sistem Horizontal dan Vertikal, Internet of Things Industri (IoT), Cloud, Manufaktur Aditif, Augmented
Reality (AR), dan Keamanan Siber. Menurut World Economic Forum, revolusi Industri keempat
menciptakan kesenjangan baru di tengah proses ekonomi di perusahaan. Kesenjangan ini membuatnya
masih membingungkan untuk mengelola bakat, apakah mengelola dan mengembangkan bakat
berdasarkan keterampilan mereka atau mengelola dan mengembangkan dari awal keterampilan digital
dan juga, ada kekurangan besar orang yang terampil dalam ilmu data dan AI. Di sisi lain, aktor utama
di era ini adalah kaum milenial muda yang berusia 10 hingga 24 tahun atau lahir pada antara tahun 1995
- 2010. Di Indonesia sendiri, populasi semacam ini akan menjadi populasi yang dominan pada tahun
2030 – 2045. Sebagai aktor utama, generasi milenial muda harus siap menghadapi era ini, tidak hanya
siap dengan skill digital namun siap dengan aspek digital yang utuh seperti digital risk, digital
challenge, dan aspek lainnya. Dalam rangka memaksimalkan tingkat kesiapan digital, generasi milenial
muda harus menguasai kompetensi tenaga kerja di masa depan. Kompetensi ini merupakan kompetensi
utama yang mendukung generasi muda generasi milenial untuk berprestasi dan menguasai di semua
bidang digital. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat kuesioner sebagai instrumen
penelitian untuk tujuan pengumpulan informasi dari responden, peneliti akan mengukur tingkat
kesiapan generasi milenial muda di Indonesia. Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian karena
keterbatasan waktu dan faktor eksternal. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini di Kota
Bandung. Peneliti juga menggunakan kerangka kerja dari DQ Global Standard sebagai kerangka kerja
utama pada penelitian ini. Kerangka kerjanya adalah "Digital Intelligence Quotient". Ini adalah
serangkaian kompetensi digital komprehensif yang berakar pada nilai-nilai moral universal bagi
individu untuk menggunakan, mengendalikan, dan menciptakan teknologi untuk memajukan
kemanusiaan. Terdapat 8 area kompetensi digital di masing-masing tiga tingkat kesiapan digital.
Dengan menggunakan metode dan kerangka penelitian ini, peneliti telah mendefinisikan bahwa
sebagian besar milenial muda telah siap untuk menghadapi era digital dan menguasai kompetensi
lokakarya di masa depan, itu dapat dilihat dari hasil analisis yang mengkategorikan skor tinggi di setiap
tingkatan. Skor berada di antara 70% - 85%. Sementara itu, masih ada generasi milenial muda yang
memiliki skor rendah dan membutuhkan lebih banyak pelatihan dan pengetahuan tentang aspek digital.
Oleh karena itu, generasi milenial muda harus menciptakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
kompetensi masa depan mereka dan menjadi individu yang bijaksana, kompeten, dan warga digital siap
di masa depan yang berhasil menggunakan, mengendalikan, dan menciptakan teknologi untuk
meningkatkan kemanusiaan.