digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA SALSABILA RAMADHANTI
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Penanganan medis kasus fraktur biasanya dilakukan dengan tindakan operasi bedah untuk pemasangan implan ortopedi. Material yang umum digunakan untuk implan antara lain logam, polimer, keramik, dan komposit. Saat menggunakan implan jenis ini, operasi bedah kedua dibutuhkan untuk melepas implan setelah jaringan telah sembuh. Hal ini meningkatkan morbiditas pasien dan biaya perawatan kesehatan. Oleh karena itu, material implan yang biodegradable seperti paduan magnesium saat ini sedang menarik perhatian. Namun, paduan magnesium memiliki laju korosi yang sangat tinggi pada lingkungan fisiologi. Dalam penelitian ini, struktur mikro serta sifat mekanis paduan magnesium AZ91D yang diberi perlakuan shot peening dan anodisasi dipelajari. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu shot peening dan anodisasi terhadap struktur mikro, kekasaran, dan kekerasan sampel. Shot peening dilakukan dengan variasi waktu 4, 8, dan 12 menit. Setelah shot peening, anodisasi dilakukan dalam larutan yang mengandung KOH 3 M dan Na2SiO3 3 M pada suhu ruangan selama 60 menit dengan tegangan 5V. Struktur mikro dari sampel as-received, shot-peened, anodisasi, serta kombinasi shot peening dan anodisasi dilihat menggunakan optical microscope (OM) dan scanning electron microscope (SEM). Kekasaran sampel as-received maupun yang telah diberi perlakuan diuji dengan surface roughness test (SRT) kemudian pengujian kekerasan dilakukan dengan Vickers hardness test. Penerapan perlakuan shot peening menginduksi proses deformasi plastis yang menyebabkan terjadinya pengecilan ukuran kristal serta larutnya fasa ? pada matriks fasa ?. Pengecilan ukuran kristal paling besar terjadi pada sampel yang dishot- peen selama 12 menit dengan reduksi ukuran sebesar 10,87%. Kekasaran permukaan sampel meningkat seiring dengan waktu shot peening. Setelah shot peening selama 4, 8, serta 12 menit, nilai Ra dan Rmax berturut-turut adalah 10,76 dan 58,78 ?m, 19,82 dan 100,42 ?m, serta 23,87 dan 117,74 ?m. Shot peening menginduksi tegangan tekan sisa yang dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan lelah paduan. Kenaikan kekerasan untuk sampel yang dilakukan perlakuan shot peening selama 4, 8, dan 12 menit berturut-turut adalah 43,76%, 54,93% dan 80,34%. Sampel yang telah di-shot-peen lebih sensitif terhadap anodisasi karena peningkatan jumlah batas kristal yang merupakan tempat efektif dalam pembentukan lapisan pasif. Hal ini dapat dilihat dari sampel yang telah di-shot-peen selama 12 menit kemudian dianodisasi memiliki lapisan yang lebih merata, tidak berpori, dan tidak teramati adanya microcrack. Sampel ini akan memiliki ketahanan korosi serta kekuatan lelah yang paling baik diantara sampel lainnya.