digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Seiring dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan air bersih pun semakin meningkat. Padahal ketersediaan air bersih tidak dapat mengimbangi peningkatan pertambahan penduduk. Ketersediaan air bersih semakin menurun dari tahun ke tahun akibat eksploitasi yang dilakukan penduduk. Konsumsi air bersih rumah tangga ikut ambil bagian dalam eksploitasi sumber daya air. Pemecahan terbatasnya penyediaan air bersih rumah tangga harus dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan prinsip keseimbangan antara penyediaan dan permintaan serta berkelanjutan. Pendekatan tradisional dengan pembangunan infrastruktur memiliki hambatan yaitu kurangnya sumber air baku. Karena alasan tersebut, maka pendekatan konservasi akan diterapkan dalam pemecahan terbatasnya penyediaan air bersih rumah tangga yaitu dengan manajemen kebutuhan. Cara mengatur dan mengubah perilaku penduduk dalam mengkonsumsi air dapat dilakukan dengan gerakan penghematan air. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola konsumsi air bersih responden di salah satu kelurahan di Kota Cimahi yaitu Kelurahan Setiamanah. Studi identifikasi pola konsumsi air bersih ini dilakukan dengan analisis deskriptif, asosiasi pearson, inferensi, dan regresi berganda. Hasil analisis menunjukkan rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga adalah sekitar 147,74 l/org/hr. Jumlah konsumsi air bersih untuk setiap keperluan antara lain: MCK sebesar 57,53%, wudhu 14,60%, mencuci pakaian 11,17%, memasak 9,01%, menyiram tanaman 4,33%, kebersihan rumah 3,73%, mencuci kendaraan 2,46%, dan mengisi kolam atau akuarium 1,75%, dan minum 1,3%. Berdasarkan analisis regresi berganda dan pearson diketahui bahwa aspek sosial ekonomi responden tidak mempengaruhi konsumsi air bersih rumah tangga. Sistem penyediaan air bersih responden berasal dari sumber air publik dan pribadi. Dengan menggunakan analisis inferensi diketahui bahwa rata-rata konsumsi responden yang menggunakan sumber air pribadi dan publik relatif sama. Pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah tergolong tinggi. Untuk itu diperlukan perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya penghematan air bersih. Penghematan air bersih dapat efektif dilakukan jika responden bersedia untuk melakukan penghematan. Responden yang bersedia melakukan penghematan adalah sekitar 71,05%. Upaya penghematan air bersih yang bisa dilakukan responden berdasarkan survei dan analisis adalah mengurangi frekuensi mencuci pakaian bagi responden yang mencuci tiap hari menjadi 2 atau 3 kali sehari, membatasi konsumsi air untuk MCK dan wudhu menjadi 50 dan 15 l/org/hr, dan menggunakan air bekas cucian dapur untuk menyiram tanaman. Penghematan ini dapat mengubah kebutuhan air bersih responden dari 147,74 l/org/hr menjadi antara 98,53-142,49 l/org/hr. Jika perubahan kebutuhan air bersih diasumsikan juga terjadi dengan jumlah yang sama di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi maka konservasi air yang dapat dicapai di Kelurahan Setiamanah dan Kota Cimahi adalah antara 0,04-0,37 dan 1-9,39 miliar liter per tahun. Penghematan air pun dapat meningkatkan debit air baku (kapasitas sumber air) sehingga kapasitas terpasang PDAM belum dimanfaatkan dapat dimanfaatkan. Selain itu, PDAM dapat menambah pelanggan PDAM golongan B sebesar 3,8%-39% atau 81-830 pelanggan. Rekomendasi yang diusulkan dalam studi ini adalah pemerintah harus berusaha mendorong rumah tangga yang menggunakan sumber air pribadi agar bersedia menggunakan sumber air publik dengan meningkatkan pelayanan PDAM, pemerintah pun harus mempertimbangkan karakteristik wilayah dalam pembangunan jaringan PDAM, serta menetapkan sistem disinsentif dalam bentuk tarif yang progresif dan rasional. Selain itu, penduduk diharapkan melakukan perubahan pola konsumsi air bersih rumah tangga sebagai upaya penghematan air dengan mengurangi frekuensi mencuci pakaian bagi penduduk yang mencuci tiap hari 3 hari sekali, membatasi konsumsi air bersih untuk keperluan MCK menjadi 50 liter per orang per hari, membatasi konsumsi air bersih untuk wudhu menjadi 15 liter per orang per hari, dan menggunakan air bekas cucian dapur (ikan, sayur, buah, dll) untuk menyiram tanaman.