Energi panas bumi merupakan energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi yang pada beberapa dekade terakhir mulai giat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan energi yang terus meningkat. Perlunya energi pengganti minyak bumi yang semakin berkurang serta cenderung meningkat harganya dari tahun ke tahun menjadi salah satu faktor pendorong Indonesia mulai giat melakukan eksplorasi cadangan panas bumi di Indonesia. Cadangan potensi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 27500 MWe atau sekitar 30% – 40% potensi panas bumi dunia yang meliputi 276 lokasi. Untuk keperluan energi listrik pada umumnya panas bumi digunakan untuk menggerakkan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), dimana panas
yang dibutuhkan untuk menggerakkan turbin memiliki temperature 1250 – 2250 C atau diatas 2250C. Untuk keperluan awal pembuatan pembangkit listrik maka dibutuhkan estimasi potensi panas bumi yang dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda volumetrik. Metode volumetrik ini memerlukan beberapa input yang berasal dari parameter-paramter fisis dan asumsi-asumsi seperti faktor perolehan sebesar 25%, faktor konversi 10%, fluida bersifat statis, tidak ada transfer energi, potensi terduga, model lumped-paramter dan temperatur awal 3000C serta temperatur akhir sebesar 1800C. Perhitungan metode volumetrik dilakukan dengan menggunakan serangkaian prosedur, nilai porositas, saturasi dan waktu produksi yang divariasikan untuk
melihat hubungan ketiga parameter tersebut dalam tinggi rendahnya estimasi cadangan panas bumi.