Erosi pantai yang merupakan proses pengikisan material atau sedimen di sepanjang garis pantai akibat pengaruh dinamika pantai dan faktor tektonik, menjadi salah satu permasalahan utama yang sering terjadi di seluruh wilayah pesisir dunia, termasuk di Indonesia, sehingga diperlukan penanganan khusus dalam mengatasi permasalahan erosi, yakni dengan sistem perlindungan pantai natural yang menggabungkan pelindung alami utama (mangrove) dan struktur pelindung sementara (tanggul geobag). Hingga kini, struktur pelindung sementara terbuat dari material serat sintetik berpolimer berupa geobag non woven yang memerlukan waktu relatif lama untuk terdegradasi secara alami. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah menentukan alternatif biodegradable material ramah lingkungan dari serat alami (natural-fiber textile) yang mampu diaplikasikan sebagai pengganti material utama kantung geobag yang mempunyai fungsi serta umur layan memadai sebagai struktur pelindung sementara. Natural-fiber textile yang digunakan adalah kain serat lyocell (tencel) dari perusahaan PT Rehal Traco yang dibandingkan secara sifat material, terutama kekuatan tarik dan karakteristik biodegradasi terhadap serat sintetik geobag non woven lokal 400 gsm dari Buana Paksa Indonesia (BPI) dan geobag non woven impor 600 gsm dari PT Tirta Citra Bara Persada. Digunakan penggabungan metode penelitian baru yang belum dikembangkan oleh peneliti sebelumnya, yakni metode pengujian laboratorium untuk sifat material dan metode soil burial test untuk model ekperimen uji biodegradasi.
Hasil pengujian laboratorium sifat material menunjukkan bahwa kain serat lyocell (tencel) memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan geobag non woven. Kain serat lyocell (tencel) dengan tebal 0,17 mm dan berat 78 g/m2 menghasilkan kekuatan tarik sebesar 310 N (arah MD) dan 254 N (arah CD). Sedangkan untuk geobag non woven lokal dengan tebal 3,26 mm dan berat 422 g/m2 memiliki kekuatan tarik sebesar 1.080 N (arah MD) dan 856 N (arah CD), dan geobag non woven impor dengan tebal 4,36 mm dan berat 527 g/m2 menghasilkan kekuatan tarik tertinggi dibandingkan material lainnya, yakni sebesar 2.140 N dalam arah MD maupun arah CD.
Hasil pelaksanaan model eksperimen uji biodegradability dengan metode soil burial test untuk kain serat lyocell (tencel) dan geobag non woven yang ditinjau secara berkala berdasarkan perubahan secara visual dan perubahan massa (persen kehilangan massa) selama 7 minggu dengan interval pengamatan 1 minggu untuk kain serat lyocell (tencel) dan 2 minggu untuk geobag non woven di seluruh kedalaman penguburan, menunjukkan bahwa kain serat lyocell (tencel) memiliki kemampuan daya urai yang lebih cepat atau lebih mudah terdegradasi secara alami dibandingkan dengan geobag non woven dengan kondisi kain serat lyocell (tencel) lebih tipis, rapuh, terdapat perubahan warna (bercak) serta telah terdapat lubang atau sobekan pada permukaan kain setelah penguburan 7 minggu. Selain itu, persentase kehilangan massa dari kain serat lyocell (tencel) semakin meningkat hingga mencapai 6,47% untuk kedalaman 0 cm, 28,27% untuk kedalaman 5 cm, dan 26,60% untuk kedalaman 10 cm.
Meskipun kain serat lyocell (tencel) dapat dikatakan sebagai biodegradable material ramah lingkungan karena memiliki laju degradasi yang lebih cepat, namun nilai sifat material kain serat lyocell (tencel) lebih rendah dibandingkan geobag non woven dan interval biodegradasi kain serat lyocell (tencel) berada di bawah umur layan yang dibutuhkan (2-5 tahun), sehingga kain serat lyocell (tencel) belum bisa digunakan sebagai material utama kantung geobag untuk struktur pelindung sementara pada sistem perlindungan pantai natural. Perlu dilakukannya penambahan jumlah lapisan kain serat lyocell (tencel) yang memperhatikan orientasi serat benang dan orientasi penumpukan lapisan kain, setidaknya minimal 15 lapisan kain untuk menyerupai nilai kekuatan tarik dari geobag non woven, serta dilakukan perlakukan dan perawatan (treatment) khusus melalui proses finishing agar dapat memperlambat laju degradasi.