aluminium diproduksi dari alumina dengan proses Hall-Heroult, sedangkan
alumina dihasilkan dari bauksit dengan proses Bayer. Setiap 1 ton alumina yang
diproduksi akan dihasilkan 1–2 ton residu bauksit. Residu bauksit merupakan
limbah berbahaya karena mengandung logam berat dan memiliki pH 10-13.
Meningkatnya produksi logam aluminium menimbulkan masalah terkait
bertambahnya jumlah residu bauksit. Di sisi lain, sampah plastik merupakan
sampah yang paling banyak ditemukan di dunia. Pemanfaatan residu bauksit
bersama dengan limbah plastik adalah salah satu upaya untuk mengurangi limbah
residu bauksit dan plastik yang ada. Pada studi ini telah dipelajari pemrosesan
temperatur tinggi residu bauksit dengan reduktor grafit dan plastik dalam bentuk
Low Density Polyethylene (LDPE).
Percobaan peleburan residu bauksit dimulai dengan karakterisasi residu bauksit
dengan menggunakan X-ray Fluorescence (XRF) dan X-ray Diffraction (XRD).
Kemudian residu bauksit ditambahkan grafit sebesar 1 dan 2 kali kebutuhan
stoikiometri. Gabungan grafit dan LDPE ditambahkan pada beberapa campuran
sejumlah 1 (grafit : LDPE = 0,5: 0,5) dan 2 (grafit : LDPE = 1:1 dan 1,5:0,5) kali
kebutuhan stoikiometri. Sekitar 1 gram campuran tersebut kemudian dibriket dan
dilebur dalam vertical tube furnace pada temperatur 1400, 1450 dan 1500 oC
dengan waktu peleburan 15, 30, dan 60 menit. Peleburan dalam vertical tube
furnace dilakukan pada kondisi inert dengan mengalirkan gas argon sebesar 1
L/menit. Setelah waktu peleburan yang ditargetkan tercapai, hasil peleburan
didinginkan secara cepat lalu dikeringkan. Sampel hasil peleburan kemudian dimounting
dalam resin epoxy, dipoles permukaannya, diamati dengan mikroskop
optik, dan dianalisis dengan Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive
Spectroscopy (SEM-EDS) untuk mengetahui fasa-fasa yang terbentuk dan
komposisi unsur di dalamnya.
Data yang didapat kemudian dianalisis untuk mempelajari pengaruh dari
temperatur peleburan, waktu peleburan, jumlah reduktor, serta jenis reduktor.
Secara umum fasa-fasa yang teramati pada sampel peleburan residu bauksit adalah
fasa logam dan fasa terak. Selain itu, fasa corundum (Al2O3) dapat terbentuk juga
pada kondisi peleburan yang sangat reduktif. Peningkatan temperatur dan waktu
peleburan akan meningkatkan kandungan Si dan menurunkan kandungan Fe dalam
fasa logam. Penambahan reduktor grafit hingga 2 kali kebutuhan stoikiometri
menghasilkan logam ferosilikon (FeSi) dengan kandungan silikon tertinggi
mencapai sekitar 19%. Fasa logam juga mengandung unsur vanadium dengan
kandungan yang bervariasi antara 0,08% hingga 2,05%. Beberapa unsur pengotor
yang ditemukan pada fasa logam adalah sulfur dan fosfor dengan kandungan
masing-masing mencapai 0,35% dan 1%. Peningkatan temperatur dan waktu
peleburan akan menurunkan kandungan FeO dalam fasa terak. Fasa terak
didominasi oleh komponen SiO2, Al2O3, dan CaO. Kandungan Na2O pada terak
menurun drastis pada penambahan grafit sebesar 2 kali stoikiometri. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa natrium dapat menguap pada kondisi yang sangat reduktif.
Penambahan LDPE ditemukan tidak memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap komposisi dari fasa logam dan terak yang terbentuk. Pada kondisi
temperatur tinggi pada studi ini, LDPE dengan cepat menguap sehingga tidak
memiliki waktu kontak yang cukup untuk bereaksi dengan residu bauksit.