ABSTRAK Yashthafi Rifardi
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Yashthafi Rifardi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Residu bauksit merupakan kumpulan mineral-mineral pengotor yang dihasilkan
dari proses Bayer pada produksi alumina. Saat ini, total residu bauksit yang
terakumulasi di dunia diperkirakan mencapai lebih dari 4 miliar ton. Residu
bauksit belum dimanfaatkan dan hanya disimpan pada penampungan. Terlebih,
residu ini dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Di sisi lain,
residu bauksit memiliki mineral-mineral berharga yang potensial untuk diekstrak,
salah satunya mineral besi oksida. Besi oksida yang tinggi dapat dimanfaatkan
sebagai umpan pada industri besi-baja. Pada tahun 2019, kebutuhan baja nasional
mencapai 19 juta ton per tahun. Kebutuhan ini diperkirakan meningkat menjadi
125 juta ton per tahun pada tahun 2050. Peningkatan kebutuhan tersebut
membutuhkan bahan baku bijih besi yang lebih banyak. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan residu bauksit dengan metode
pemanggangan magnetisasi untuk menghasilkan konsentrat besi.
Serangkaian percobaan reduksi parsial yang diikuti dengan pemisahan magnetik
telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi dosis karbon dan isotermalgradien
temperatur terhadap kadar magnetit, serta kadar dan perolehan Fe pada
konsentrat magnetik. Dipelajari juga pengaruh ukuran partikel umpan pemisahan
magnetik terhadap kadar dan perolehan Fe dengan variasi -200+270#, -270+325#,
serta -325#. Variasi dosis karbon dilakukan pada 0,62, 1,22, 1,8, 2,36, 2,9, dan
3,42%C. Reduksi diawali pada temperatur 500 °C yang ditahan selama 10 menit.
Kemudian temperatur ditingkatkan dengan laju panas 8,05 °C/menit hingga 700
°C. Terakhir, dilakukan peningkatan temperatur hingga 900 °C dengan laju panas
7,29 °C/menit. Hasil reduksi parsial, konsentrat magnetik, serta tailing dianalisis
dengan ICP (Inductively Coupled Plasma).
Kadar dan perolehan Fe optimum diperoleh pada dosis karbon 0,62%C yang
direduksi hingga temperatur 700 °C menghasilkan nilai berturut-turut 48,14% dan
46,40% dengan ukuran umpan pemisahan -200+270#. Peningkatan dosis karbon
cenderung meningkatkan reaktifitas reduksi besi oksida dengan gas CO sehingga
menghasilkan peningkatan pada kadar magnetit. Pada konsentrat magnetik, dosis
karbon yang semakin tinggi dapat memberikan kadar Fe yang semakin rendah
dengan perolehan yang meningkat. Selanjutnya, peningkatan temperatur dapat
mengubah mineral besi oksida menjadi magnetit. Peningkatan temperatur
memberikan kecenderungan kadar Fe yang semakin rendah pada konsentrat
magnetik dengan perolehan yang meningkat. Hasil menunjukkan segregasi
mineral besi oksida dari pengotornya yang rendah. Pada pemisahan magnetik,
semakin halus ukuran partikel menghasilkan kadar Fe yang semakin tinggi dengan
perolehan Fe yang semakin rendah.