Keselamatan jiwa pada kebakaran apartemen merupakan salah satu aspek dalam perencanaan
yang cukup kompleks. Risiko keselamatan jiwa penghuni terhadap bahaya kebakaran
apartemen dipengaruhi oleh faktor karakteristik penghuni dan karakteristik bangunan.
Karakteristik penghuni berkaitan dengan performa evakuasi menuju zona aman, sementara
karakteristik bangunan berkaitan dengan keandalan bangunan dalam mengantisipasi risiko
keselamatan jiwa akibat kebakaran. Untuk menyingkat waktu penyelamatan penghuni, strategi
berlindung di dalam lantai penyelamatan dalam bangunan menjadi salah satu pilihan evakuasi
kebakaran pada apartemen berlantai banyak. Oleh karena itu, lantai penyelamatan harus
memenuhi syarat keselamatan evakuasi yang sepadan dengan keselamatan eksit ke luar
bangunan. Lokasi lantai penyelamatan ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2017 dan/atau Peraturan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 3 Tahun 2012 yang mengatur interval setiap 16 lantai dan/atau 20 lantai untuk
bangunan dengan tinggi minimum 24 lantai. Namun, ketentuan yang diatur dalam peraturan
ini belum mampu menjawab keterpenuhan keselamatan evakuasi kebakaran pada bangunan
apartemen berlantai banyak. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor
pengaruh lokasi atau interval lantai penyelamatan terhadap keterpenuhan keselamatan evakuasi
kebakaran pada bangunan apartemen berlantai banyak. Metodologi penelitian ini
menggunakan pendekatan berbasis kinerja. Metodologi penelitian ini meliputi simulasi
terhadap skenario evakuasi pada bangunan eksisting apartemen 24 lantai dengan layout
berbentuk huruf “H” dan sistem koridor bermuatan ganda. Model hipotetis lantai penyelamatan
disisipkan pada lantai tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dua ketentuan
interval lantai penyelamatan, 16 lantai atau 20 lantai. Variabel penelitian terbagi atas: (1)
karakteristik penghuni yang terdiri dari usia, gender, tinggi badan, dan perilaku evakuasi, dan
(2) karakteristik bangunan yang terdiri dari jumlah dan lokasi eksit, lokasi lantai penyelamatan,
konfigurasi jalur evakuasi). Simulasi evakuasi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak Pathfinder.
Empat skenario dirumuskan berdasarkan variabel yang diamati, yakni: skenario I dengan
perilaku evakuasi individual dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 16, skenario II dengan
perilaku evakuasi individual dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 20, skenario III dengan
perilaku evakuasi kelompok dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 16, dan skenario IV
dengan perilaku evakuasi kelompok dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 20. Tujuan
evakuasi terdiri dari: (1) eksit ke luar bangunan dan (2) berlindung di lantai penyelamatan.
Waktu tempuh maksimum evakuasi menjadi nilai ukur untuk menentukan keselamatan
evakuasi pada setiap skenario. Parameter keselamatan evakuasi mengacu pada waktu tanggap
pemadam kebakaran terhadap peristiwa kebakaran gedung yang diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2018, yakni 900 detik.
Hasil pengamatan terhadap waktu tempuh maksimum evakuasi menunjukkan bahwa lokasi
lantai penyelamatan di lantai 20 (969,0 detik dan 1014,9 detik) belum memenuhi parameter
keselamatan evakuasi untuk tujuan evakuasi eksit ke luar bangunan. Faktor gender dan usia
menunjukkan ragam kemampuan dan kecepatan bergerak selama evakuasi. Faktor konfigurasi
jalur evakuasi juga menyebabkan penurunan kecepatan penghuni. Perumusan batas waktu
aman evakuasi juga perlu merespon faktor pengaruh yang berasal dari keandalan apartemen
terhadap bahaya kebakaran dan faktor pengaruh yang berasal dari karakteristik fisik penghuni
apartemen yang beragam. Adanya faktor-faktor ini mengkonfirmasi interval 16 lantai sebagai
lantai penyelamatan belum menjamin keterpenuhan keselamatan evakuasi, meskipun waktu
tempuh maksimum yang dihasilkan pada simulasi memenuhi parameter keselamatan evakuasi.
Skenario dengan perilaku evakuasi berkelompok merepresentasikan situasi dan kondisi
evakuasi di apartemen. Perilaku evakuasi berkelompok berperan sebagai faktor pengaruh yang
mewakili kondisi keluarga yang berada di suatu unit apartemen. Skenario dengan perilaku
evakuasi ini cenderung menghasilkan waktu tempuh maksimum evakuasi yang lebih lama
dibandingkan skenario dengan perilaku evakuasi individual. Keluarga yang berafiliasi
menyebabkan efek merging behavior dan bottleneck pada jalur evakuasi. Efek ini berimplikasi
pada kepadatan penghunian dan rentang waktu evakuasi yang lebih besar dibandingkan
evakuasi individual