digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Cahyo Septianto Hutomo
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Keselamatan jiwa pada kebakaran apartemen merupakan salah satu aspek dalam perencanaan yang cukup kompleks. Risiko keselamatan jiwa penghuni terhadap bahaya kebakaran apartemen dipengaruhi oleh faktor karakteristik penghuni dan karakteristik bangunan. Karakteristik penghuni berkaitan dengan performa evakuasi menuju zona aman, sementara karakteristik bangunan berkaitan dengan keandalan bangunan dalam mengantisipasi risiko keselamatan jiwa akibat kebakaran. Untuk menyingkat waktu penyelamatan penghuni, strategi berlindung di dalam lantai penyelamatan dalam bangunan menjadi salah satu pilihan evakuasi kebakaran pada apartemen berlantai banyak. Oleh karena itu, lantai penyelamatan harus memenuhi syarat keselamatan evakuasi yang sepadan dengan keselamatan eksit ke luar bangunan. Lokasi lantai penyelamatan ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2017 dan/atau Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun 2012 yang mengatur interval setiap 16 lantai dan/atau 20 lantai untuk bangunan dengan tinggi minimum 24 lantai. Namun, ketentuan yang diatur dalam peraturan ini belum mampu menjawab keterpenuhan keselamatan evakuasi kebakaran pada bangunan apartemen berlantai banyak. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor pengaruh lokasi atau interval lantai penyelamatan terhadap keterpenuhan keselamatan evakuasi kebakaran pada bangunan apartemen berlantai banyak. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis kinerja. Metodologi penelitian ini meliputi simulasi terhadap skenario evakuasi pada bangunan eksisting apartemen 24 lantai dengan layout berbentuk huruf “H” dan sistem koridor bermuatan ganda. Model hipotetis lantai penyelamatan disisipkan pada lantai tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dua ketentuan interval lantai penyelamatan, 16 lantai atau 20 lantai. Variabel penelitian terbagi atas: (1) karakteristik penghuni yang terdiri dari usia, gender, tinggi badan, dan perilaku evakuasi, dan (2) karakteristik bangunan yang terdiri dari jumlah dan lokasi eksit, lokasi lantai penyelamatan, konfigurasi jalur evakuasi). Simulasi evakuasi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Pathfinder. Empat skenario dirumuskan berdasarkan variabel yang diamati, yakni: skenario I dengan perilaku evakuasi individual dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 16, skenario II dengan perilaku evakuasi individual dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 20, skenario III dengan perilaku evakuasi kelompok dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 16, dan skenario IV dengan perilaku evakuasi kelompok dan lokasi lantai penyelamatan di lantai 20. Tujuan evakuasi terdiri dari: (1) eksit ke luar bangunan dan (2) berlindung di lantai penyelamatan. Waktu tempuh maksimum evakuasi menjadi nilai ukur untuk menentukan keselamatan evakuasi pada setiap skenario. Parameter keselamatan evakuasi mengacu pada waktu tanggap pemadam kebakaran terhadap peristiwa kebakaran gedung yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 Tahun 2018, yakni 900 detik. Hasil pengamatan terhadap waktu tempuh maksimum evakuasi menunjukkan bahwa lokasi lantai penyelamatan di lantai 20 (969,0 detik dan 1014,9 detik) belum memenuhi parameter keselamatan evakuasi untuk tujuan evakuasi eksit ke luar bangunan. Faktor gender dan usia menunjukkan ragam kemampuan dan kecepatan bergerak selama evakuasi. Faktor konfigurasi jalur evakuasi juga menyebabkan penurunan kecepatan penghuni. Perumusan batas waktu aman evakuasi juga perlu merespon faktor pengaruh yang berasal dari keandalan apartemen terhadap bahaya kebakaran dan faktor pengaruh yang berasal dari karakteristik fisik penghuni apartemen yang beragam. Adanya faktor-faktor ini mengkonfirmasi interval 16 lantai sebagai lantai penyelamatan belum menjamin keterpenuhan keselamatan evakuasi, meskipun waktu tempuh maksimum yang dihasilkan pada simulasi memenuhi parameter keselamatan evakuasi. Skenario dengan perilaku evakuasi berkelompok merepresentasikan situasi dan kondisi evakuasi di apartemen. Perilaku evakuasi berkelompok berperan sebagai faktor pengaruh yang mewakili kondisi keluarga yang berada di suatu unit apartemen. Skenario dengan perilaku evakuasi ini cenderung menghasilkan waktu tempuh maksimum evakuasi yang lebih lama dibandingkan skenario dengan perilaku evakuasi individual. Keluarga yang berafiliasi menyebabkan efek merging behavior dan bottleneck pada jalur evakuasi. Efek ini berimplikasi pada kepadatan penghunian dan rentang waktu evakuasi yang lebih besar dibandingkan evakuasi individual