digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adhitya Rakhmadi
PUBLIC Alice Diniarti

Permasalahan pencemaran air limbah domestik di Indonesia belum juga terselesaikan, Rendahnya tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat dan rendahnya komitmen pemerintah, serta pembangunan infrastruktur yang seringkali kurang tepat sasaran menyebabkan masih tingginya nilai pencemaran air limbah domestik. Menurut data KLHK (2017), limbah domestik merupakan sumber pencemar Sungai Citarum sebesar 68%. Selain itu, tingginya pertumbuhan penduduk, tanpa diiringi peningkatan infrastruktur sanitasi yang memadai menyebabkan masih tingginya angka BABS di wilayah Bandung Raya. Dari hasil perhitungan potensi beban pencemar domestik dan analisis menggunakan tools SFD, terdapat timbulan BOD sebesar 292 ton/hari (106.580,25 ton/tahun), COD sebesar 401,50 ton/hari (131.101 ton/tahun) dan TSS sebesar 277,40 ton/hari (101.251ton/tahun), dan ironisnya hanya 10,54% limbah yang terkelola secara aman, sedangkan 89,46% belum terkelola secara aman. Hal ini berdampak buruk bagi kesehatan, dan menimbulkan kerugian-kerugian ekonomi lainnya. Jumlah kerugian ekonomi masyarakat di MBR adalah sebesar Rp 4.272.287.278.998/ tahun atau Rp 519.306/orang/tahun. Kerugian berasal dari sektor kesehatan sebesar Rp 1.217.720.640.356 tahun atau Rp 148.016/KK/tahun (29%), kemudian sektor air bersih sebesar Rp 3.054.566.638.642/tahun atau Rp 371.289/tahun (79%). Hal ini menyebabkan masyarakat MBR harus menanggung kerugian sebesar 1,23% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masyarakat Metropolitan Bandung Raya.