Jakarta menjadi salah satu kota besar di Indonesia yang mengalami pertumbuhan penduduk
sangat signifikan. Salah satu implikasi dari hal tersebut dapat dirasakan pada sektor transportasi
yang terus bergelut dengan pembangunan infrastruktur jalan salah satunya jalan layang guna
mengurai kemacetan. Namun, perencanaan pembangunan jalan layang hanya memperhatikan
persoalan mobilitas dan meyampingkan persoalan terkait kualtias ruang kota dan sisi manusia
sehingga menimbulkan lost space. Padahal, potensi pemanfaatannya tergolong sangat tinggi
karena dapat digunakan bukan hanya untuk aktivitas pasif namun juga aktivitas aktif. Jika
melihat dari sisi tren saat ini, kita dapat memanfaatkan lost space tesebut sebagai sebuah
fasilitas startup sehingga sekaligus dapat berkontribusi kepada perkembangan ekonomi digital.
Kondisi eksternalitas yang tinggi seperti polusi kendaraan bermotor, kebisingan jalan,
kurangnya paparan sinar matahari, kelembaban, dan sirkulasi udara yang buruk menjadi
persoalan utama untuk dapat memanfaatkan ruang di bawah jalan layang. Pemanfaatan ruang
di bawah jalan layang sebagai fasilitas startup memerlukan perhatian khusus kepada kondisi
kenyamanan bekerja. Tesis ini diharapkan mampu memberikan perspektif baru mengenai
pemanfaatan ruang kota secara lebih holistik. Dengan menggunakan metodologi penelitian
qualitatif berbasis studi literatur, presedan, dan perancnagan serta quantitative berbasis
pengumpulan data sekunder lapangan dan simulasi didapatkan temuan tingginya pemanfaatkan
ruang dibawah jalan layang. Membagi isu perancangan workplace comfort menjadi dua isu
besar yakni fisik dan psikis membuka perspektif untuk dapat menyelesaikan dampak
degradative lingkungan. Hasil rancangan menunjukkan bahwa memperhatikan konteks sekitar
merupakan hal paling penting karena memiliki dampak signifikan kepada rancangan fasilitas
startup. Strategi desain yang diperlukan terdiri atas; 1) acoustic comfort dengan peforated
kinetic façade, noise diffraction reduction kansteen, dan ceiling absorber, 2) respiratory
comfort dengan vegetation waffle filtration dan HEPA filter ventilation, 3) thermal comfort
dengan chimney effect dan sandwich wall thermal mass, 4) visual comfort dengan light well
dan levitation light shelves, 5) stress recovery dengan aplikasi vegetasi, dan 6) attention
recovery dengan fasilitas penunjang yang komplementer. Sedangkan hasil simulasi
menunjukkan ketercapaian workplace comfort pada isu fisik seperti kebisingan, kecepatan
angin, polusi, temperatur, dan silau. Studi ini bersifat pilot project dan hanya menjadi landasan
sehingga masih dibutuhkan studi lanjutan secara spesifik dengan harapan rancangan dapat
diimplementasikan secara nyata.