ABSTRAK Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 1 Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 2 Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 3 Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 4 Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
BAB 5 Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
PUSTAKA Anggie Aulia Hapsari
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
2021 TA PP ANGGIE AULIA HAPSARI_LAMPIRAN.pdf)u
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Transportasi perkotaan secara langsung berkontribusi pada kesehatan
masyarakat dan lingkungan di DKI Jakarta melalui beberapa hal. Pertama, paparan
dari emisi kendaraan bermotor dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan
penyakit pernapasan. Kedua, penggunaan transportasi aktif seperti berjalan kaki
dan bersepeda tidak setinggi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Ketiga,
adanya perbedaan tingkat aksesibilitas ke fasilitas kesehatan terdekat berdasarkan
lokasi tempat tinggal dan kapasitas individu. Integrasi aspek kesehatan masyarakat
dalam perumusan kebijakan transportasi diperlukan untuk mewujudkan sistem
transportasi perkotaan di DKI Jakarta yang lebih adil, memadai, dan bermanfaat
dalam mempromosikan kesehatan masyarakat perkotaan yang lebih baik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana hubungan antara transportasi
perkotaan dan kesehatan masyarakat di DKI Jakarta. Untuk mencapai tujuan
tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang mengkombinasikan
pendekatan revealed preference dan stated choice. Data kemudian diolah dengan
analisis contour measure untuk mengetahui tingkat aksesibilitas ke fasilitas
kesehatan terdekat, analisis binomial logit untuk mengetahui kerentanan lokasi dan
individu terhadap penyakit dan gangguan pernapasan, dan analisis multinomial
logit untuk mengetahui kecenderungan masyarakat dalam menggunakan
transportasi aktif. Hasil akhir menunjukkan Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan
tingkat aksesibilitas tertinggi dan Jakarta Timur dengan tingkat aksesibilitas
terendah. Pemodelan terkait kerentanan lokasi dan individu serta kecenderungan
pemilihan moda menunjukkan bahwa secara umum karakteristik transportasi
berkontribusi 8-11% lebih banyak dibandingkan karakteristik sosio-ekonomi. Dari
segi kerentanan lokasi dan individu, nilai probabilitas menunjukkan individu yang
tinggal di Jakarta Timur dan Jakarta Pusat cenderung tidak memiliki penyakit
pernapasan (94%), tetapi memiliki memiliki kecenderungan untuk terkena gangguan
pernapasan ketika berkendara (72%). Dari segi kecenderungan pemilihan moda,
nilai probabilitas menunjukkan peluang penggunaan transportasi aktif yaitu sepeda
(29%) dan jalan kaki (5%), meskipun penggunaan kendaraan bermotor masih
mendominasi seperti sepeda motor/ojek online (58%) dan mobil/taksi online (8%).