digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nabila Fairuza
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Kondisi pandemi menyebabkan kegiatan belajar harus dilakukan secara daring di rumah. Fenomena ini dapat menyebabkan stres dan penurunan performa belajar mahasiswa. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa mahasiswa mengalami stres pada tingkat sedang sampai berat pada masa pandemi. Selain itu, terjadi juga penurunan prestasi akademik yang disertai penurunan motivasi belajar. Lingkungan hunian tidak didesain secara khusus untuk belajar seperti lingkungan pendidikan, sehingga diduga akan berpengaruh terhadap stres maupun performa belajar, terutama di masa pandemi yang mana menyebabkan lingkungan hunian menjadi tempat yang dominan untuk dilakukan kegiatan sehari-hari. Kepribadian individu juga menjadi faktor yang penting dipertimbangkan untuk mendapatkan penjawaban yang lebih utuh mengenai hubungan lingkungan hunian dengan stres dan performa belajar. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh lingkungan hunian dan kepribadian individu terhadap stres dan performa belajar mahasiswa di masa pandemi. Dilakukan eksplorasi dan korelasi terhadap lingkungan hunian, kepribadian, serta kondisi persepsi stres dan produktivitas belajar mahasiswa. Penelitian ini mengguanakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner daring dan didistribusi dengan cara non-random sampling (accidental sampling). Data kualitatif dianalisis menggunakan metode analisis konten dan analisis korespondensi. Data kuantitatif dianalisis dengan analisis korelasi ANOVA dan multivariat. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa jenis hunian mahasiswa cukup beragam, namun didominasi jenis rumah yang dihuni bersama keluarga. Mahasiswa cenderung menggunakan kamarnya sebagai ruang belajar. Didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki faktor kepribadian openness yang cukup tinggi, conscientiousness yang netral, extroversion yang netral, agreeableness yang cukup tinggi, dan neuroticism yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis korelasi, didapatkan bahwa luas ruang belajar dan faktor kepribadian openness memiliki hubungan positif dengan persepsi produktivitas, sedangkan kepribadian neurotisicm berhubungan positif dengan persepsi gangguan dan stres, dam berhubungan negatif dengan persepsi produktivitas. Jika ditelaah berdasarkan alasan gangguan lingkungan hunian, alasan stres, dan alasan produktivitas yang dikemukakan responden, didapatkan bahwa terdapat beberapa keterkaitan di antaranya. Namun secara umum gangguan dari lingkungan hunian tidak berpengaruh secara langsung terhadap stres maupun produktivitas belajar mahasiswa. Stres dan produktivitas banyak dipengaruhi pula oleh faktor internal (kepribadian) dan faktor eksternal non-fisik seperti faktor sosial. Gangguan lingkungan hunian terlihat memberi pengaruh hanya kepada individu yang memiliki faktor kepribadian neuroticism yang tinggi karena individu tersebut lebih rentan terhadap gangguan dan ancaman. Dengan demikian, implikasi terhadap desain arsitektur yang dapat diterapkan adalah penciptaan lingkungan belajar yang bebas gangguan serta menggunakan konsep desain universal juga dapat mengakomodasi individu dengan keterbatasan kognitif, seperti individu dengan faktor neuroticism tinggi. Arsitek dan institusi pendidikan harus memperimbangkan faktor individual tersebut untuk menciptakan fasilitas belajar yang baik. Yang dapat diterapkan pada ruang belajar untuk mencapai konsep desain universal tersebut adalah penyediaan ruang khusus belajar, pertimbangan letak ruangan relatif terhadap stressor, dan peningkatan kualitas ruang dalam yang terdiri kenyamanan termal dan kualitas udara, kenyamanan audial (akustik ruang), kenyamanan visual (pencahayaan dan pemandangan), serta interior (luas ruang, layout, desain modern, dan fasilitas maupun furnitur yang memdadai). Kejenuhan menjadi alasan yang sering muncul pada alasan gangguan, stres, maupun produktivitas. Hal ini menandakan harus dilakukannya adaptasi untuk merespon kejenuhan tersebut. Adaptasi tidak hanya bisa dilakukan pada internal masingmasing individu, tetapi juga pada lingkungan binaan yang digunakan individu tersebut, yang pada kasus ini adalah lingkungan hunian.