Kondisi pandemi menyebabkan kegiatan belajar harus dilakukan secara daring di
rumah. Fenomena ini dapat menyebabkan stres dan penurunan performa belajar
mahasiswa. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa mahasiswa mengalami
stres pada tingkat sedang sampai berat pada masa pandemi. Selain itu, terjadi juga
penurunan prestasi akademik yang disertai penurunan motivasi belajar. Lingkungan
hunian tidak didesain secara khusus untuk belajar seperti lingkungan pendidikan,
sehingga diduga akan berpengaruh terhadap stres maupun performa belajar,
terutama di masa pandemi yang mana menyebabkan lingkungan hunian menjadi
tempat yang dominan untuk dilakukan kegiatan sehari-hari. Kepribadian individu
juga menjadi faktor yang penting dipertimbangkan untuk mendapatkan penjawaban
yang lebih utuh mengenai hubungan lingkungan hunian dengan stres dan performa
belajar. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh
lingkungan hunian dan kepribadian individu terhadap stres dan performa belajar
mahasiswa di masa pandemi. Dilakukan eksplorasi dan korelasi terhadap
lingkungan hunian, kepribadian, serta kondisi persepsi stres dan produktivitas
belajar mahasiswa. Penelitian ini mengguanakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner daring dan didistribusi
dengan cara non-random sampling (accidental sampling). Data kualitatif dianalisis
menggunakan metode analisis konten dan analisis korespondensi. Data kuantitatif
dianalisis dengan analisis korelasi ANOVA dan multivariat. Berdasarkan hasil
penelitian, didapatkan bahwa jenis hunian mahasiswa cukup beragam, namun
didominasi jenis rumah yang dihuni bersama keluarga. Mahasiswa cenderung
menggunakan kamarnya sebagai ruang belajar. Didapatkan bahwa sebagian besar
mahasiswa memiliki faktor kepribadian openness yang cukup tinggi,
conscientiousness yang netral, extroversion yang netral, agreeableness yang cukup
tinggi, dan neuroticism yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis korelasi,
didapatkan bahwa luas ruang belajar dan faktor kepribadian openness memiliki
hubungan positif dengan persepsi produktivitas, sedangkan kepribadian
neurotisicm berhubungan positif dengan persepsi gangguan dan stres, dam
berhubungan negatif dengan persepsi produktivitas. Jika ditelaah berdasarkan
alasan gangguan lingkungan hunian, alasan stres, dan alasan produktivitas yang
dikemukakan responden, didapatkan bahwa terdapat beberapa keterkaitan di
antaranya. Namun secara umum gangguan dari lingkungan hunian tidak
berpengaruh secara langsung terhadap stres maupun produktivitas belajar
mahasiswa. Stres dan produktivitas banyak dipengaruhi pula oleh faktor internal
(kepribadian) dan faktor eksternal non-fisik seperti faktor sosial. Gangguan
lingkungan hunian terlihat memberi pengaruh hanya kepada individu yang
memiliki faktor kepribadian neuroticism yang tinggi karena individu tersebut lebih
rentan terhadap gangguan dan ancaman. Dengan demikian, implikasi terhadap
desain arsitektur yang dapat diterapkan adalah penciptaan lingkungan belajar yang
bebas gangguan serta menggunakan konsep desain universal juga dapat
mengakomodasi individu dengan keterbatasan kognitif, seperti individu dengan
faktor neuroticism tinggi. Arsitek dan institusi pendidikan harus
memperimbangkan faktor individual tersebut untuk menciptakan fasilitas belajar
yang baik. Yang dapat diterapkan pada ruang belajar untuk mencapai konsep desain
universal tersebut adalah penyediaan ruang khusus belajar, pertimbangan letak
ruangan relatif terhadap stressor, dan peningkatan kualitas ruang dalam yang terdiri
kenyamanan termal dan kualitas udara, kenyamanan audial (akustik ruang),
kenyamanan visual (pencahayaan dan pemandangan), serta interior (luas ruang,
layout, desain modern, dan fasilitas maupun furnitur yang memdadai). Kejenuhan
menjadi alasan yang sering muncul pada alasan gangguan, stres, maupun
produktivitas. Hal ini menandakan harus dilakukannya adaptasi untuk merespon
kejenuhan tersebut. Adaptasi tidak hanya bisa dilakukan pada internal masingmasing individu, tetapi juga pada lingkungan binaan yang digunakan individu
tersebut, yang pada kasus ini adalah lingkungan hunian.