Tindakan revitalisasi pada kawasan bersejarah pada umumnya dilatarbelakangi oleh
ditinggalkannya kawasan oleh sebagian besar penduduknya hingga menyebabkan penurunan
kualitas fisik kawasan. Pada umumnya tindakan revitalisasi dilakukan dengan
mengembangkan kawasan bersejarah sebagai kawasan wisata, disebut kawasan urban heritage
tourism (wisata perkotaan bersejarah), dengan tujuan untuk mengembalikan identitas kawasan
dan menghidupkan aktivitas setempat. Pendekatan untuk merealisasikan tujuan tersebut, tidak
hanya diperlukan pendekatan top-down yang diinisiasi oleh lembaga pemerintahan melainkan
perlu diperkaya dengan pendekatan bottom-up yang melibatkan masyarakat umum.
Salah satu kawasan dengan signifikansi sejarah tinggi di Indonesia yang akan dikembangkan
sebagai kawasan wisata perkotaan bersejarah adalah koridor Kayutangan Kota Malang.
Koridor Kayutangan merupakan titik awal mula perkembangan Kota Malang sejak tahun 1914
dan merupakan salah satu wilayah yang dirancang oleh Thomas Karsten sebagai koridor
komersial berkualitas visual tinggi. Implementasi visi perancangan oleh Thomas Karsten
tersebut menyebabkan koridor ini sempat diakui sebagai koridor komersial terindah di
Indonesia saat masa kolonial Belanda Namun, seiring perkembangan Kota Malang koridor
mulai mengalami penurunan kualitas fisik. Oleh sebab itu pada dua tahun terakhir, Pemerintah
Kota Malang telah mengisukan transformasi kawasan menjadi pusat wisata bersejarah
perkotaan. Inisiasi Pemerintah Kota Malang tersebut perlu dilengkapi dengan perspektif dari
masyarakat umum khususnya pengunjung Kayutangan untuk memberikan pandangan baru
terhadap penyusunan strategi pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata perkotaan
bersejarah.
Penelitian dilakukan untuk mengungkapkan perspektif baru dalam penyusunan strategi
revitalisasi Kayutangan dengan berfokus pada pendekatan bottom-up. Penelitian bertujuan
untuk memberikan rekomendasi bagi pengembangan koridor Kayutangan sebagai kawasan
wisata perkotaan bersejarah yang melestarikan keindahan rancangan Thomas Karsten serta
menghidupkan kembali aktivitas kawasan dengan menarik minat pengunjung masa kini
khususnya dalam kegiatan komersial dan rekreasi. Pengumpulan data dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner yang berisikan penilaian daya tarik terhadap bangunan dan storefront
yang dilengkapi dengan media gambar dan foto. Pengumpulan data kuesioner daring terbagi
ke dalam dua tahap yaitu tahap kualitatif (pertanyaan terbuka) yang melibatkan responden tim
ahli (7 orang) dan kuantitatif (pertanyaan tertutup) yang melibatkan pengunjung Kayutangan
(137 orang). Proses analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat daya tarik yang dikenali dalam elemen
pembentuk kawasan urban oleh pengunjung Kayutangan yaitu nilai sejarah, keharmonisan
elemen horizontal, orientasi bangunan, dan detail ornamen yang persepsi terhadap daya tarikdaya tarik tersebut dipengaruhi oleh aktivitas kawasan, karakteristik profil pengunjung, dan
penataan spasial koridor. Dua di antara empat daya tarik tersebut, orientasi bangunan, dan
keharmonisan elemen horizontal, merupakan dua karakteristik perancangan kawasan oleh
Karsten berdasarkan publikasinya mengenai perancangan kota di Hindia Belanda. Oleh sebab
itu, berdasarkan pemetaan zonasi pengembangan kawasan yang dihasilkan melalui analisis
karakteristik aktivitas pengunjung dalam kawasan, pengembangan kawasan direkomendasikan
untuk berfokus pada empat daya tarik tersebut dengan mengimplementasikannya ke dalam
rasio enclosure koridor serta serial vision kawasan.