digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maulana Reddy Firmansyah
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Tindakan revitalisasi pada kawasan bersejarah pada umumnya dilatarbelakangi oleh ditinggalkannya kawasan oleh sebagian besar penduduknya hingga menyebabkan penurunan kualitas fisik kawasan. Pada umumnya tindakan revitalisasi dilakukan dengan mengembangkan kawasan bersejarah sebagai kawasan wisata, disebut kawasan urban heritage tourism (wisata perkotaan bersejarah), dengan tujuan untuk mengembalikan identitas kawasan dan menghidupkan aktivitas setempat. Pendekatan untuk merealisasikan tujuan tersebut, tidak hanya diperlukan pendekatan top-down yang diinisiasi oleh lembaga pemerintahan melainkan perlu diperkaya dengan pendekatan bottom-up yang melibatkan masyarakat umum. Salah satu kawasan dengan signifikansi sejarah tinggi di Indonesia yang akan dikembangkan sebagai kawasan wisata perkotaan bersejarah adalah koridor Kayutangan Kota Malang. Koridor Kayutangan merupakan titik awal mula perkembangan Kota Malang sejak tahun 1914 dan merupakan salah satu wilayah yang dirancang oleh Thomas Karsten sebagai koridor komersial berkualitas visual tinggi. Implementasi visi perancangan oleh Thomas Karsten tersebut menyebabkan koridor ini sempat diakui sebagai koridor komersial terindah di Indonesia saat masa kolonial Belanda Namun, seiring perkembangan Kota Malang koridor mulai mengalami penurunan kualitas fisik. Oleh sebab itu pada dua tahun terakhir, Pemerintah Kota Malang telah mengisukan transformasi kawasan menjadi pusat wisata bersejarah perkotaan. Inisiasi Pemerintah Kota Malang tersebut perlu dilengkapi dengan perspektif dari masyarakat umum khususnya pengunjung Kayutangan untuk memberikan pandangan baru terhadap penyusunan strategi pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata perkotaan bersejarah. Penelitian dilakukan untuk mengungkapkan perspektif baru dalam penyusunan strategi revitalisasi Kayutangan dengan berfokus pada pendekatan bottom-up. Penelitian bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi pengembangan koridor Kayutangan sebagai kawasan wisata perkotaan bersejarah yang melestarikan keindahan rancangan Thomas Karsten serta menghidupkan kembali aktivitas kawasan dengan menarik minat pengunjung masa kini khususnya dalam kegiatan komersial dan rekreasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisikan penilaian daya tarik terhadap bangunan dan storefront yang dilengkapi dengan media gambar dan foto. Pengumpulan data kuesioner daring terbagi ke dalam dua tahap yaitu tahap kualitatif (pertanyaan terbuka) yang melibatkan responden tim ahli (7 orang) dan kuantitatif (pertanyaan tertutup) yang melibatkan pengunjung Kayutangan (137 orang). Proses analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat daya tarik yang dikenali dalam elemen pembentuk kawasan urban oleh pengunjung Kayutangan yaitu nilai sejarah, keharmonisan elemen horizontal, orientasi bangunan, dan detail ornamen yang persepsi terhadap daya tarikdaya tarik tersebut dipengaruhi oleh aktivitas kawasan, karakteristik profil pengunjung, dan penataan spasial koridor. Dua di antara empat daya tarik tersebut, orientasi bangunan, dan keharmonisan elemen horizontal, merupakan dua karakteristik perancangan kawasan oleh Karsten berdasarkan publikasinya mengenai perancangan kota di Hindia Belanda. Oleh sebab itu, berdasarkan pemetaan zonasi pengembangan kawasan yang dihasilkan melalui analisis karakteristik aktivitas pengunjung dalam kawasan, pengembangan kawasan direkomendasikan untuk berfokus pada empat daya tarik tersebut dengan mengimplementasikannya ke dalam rasio enclosure koridor serta serial vision kawasan.