Kerugian dan korban jiwa akibat gempa bumi di Indonesia banyak disebabkan
karena robohnya bangunan hunian. Perilaku manusia sulit untuk di prediksi saat
berada di situasi darurat seperti gempa bumi. Perilaku penghuni dapat dipengaruhi
oleh lingkungan fisik seperti bangunan hunian. Oleh karena itu, desain bangunan
yang baik adalah yang sesuai dengan perilaku penghuni. Hingga saat ini, penelitian
terkait perilaku saat gempa bumi di Indonesia masih kurang. Tujuan penelitian ini
adalah mengidentifikasi perilaku penghuni saat gempa bumi dan faktor lingkungan
hunian yang mempengaruhi perilaku tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik grounded theory. Sampel diambil melalui nonrandom sampling dan dilakukan secara daring kepada responden yang pernah
mengalami bencana gempa bumi di bangunan hunian pada Kota Banda Aceh. Data
dikumpulkan menggunakan kuesioner daring terbuka (open-ended) dan dianalisis
dengan metode analisis konten (content analysis) dan korespondensi.
Hasil penelitian menemukan 7 perilaku saat gempa bumi yaitu: (1) keluar
bangunan, (2) tidak bertindak, (3) melakukan tindakan melindungi diri, (4)
membantu evakuasi orang lain, (5) bertahan dalam bangunan, (6) mengikuti orang
lain, dan (7) berdoa. Hasil analisis menemukan 2 faktor lingkungan hunian yang
mempengaruhi perilaku, yaitu jenis hunian dan kerusakan pada bangunan yang
dilihat penghuni saat gempa bumi berlangsung. Ditemukan perilaku penundaan
untuk langsung keluar bangunan yang dilakukan penghuni. Berdasarkan penemuan
tersebut, rekomendasi desain untuk bangunan hunian adalah yang dapat
memberikan kesempatan untuk keluar bangunan yang lebih panjang. Bangunan
tidak boleh langsung roboh sehingga memberi kesempatan bagi penghuni untuk
melakukan perilaku penundaan seperti membantu penghuni lain.