digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muthi Nur Aliya
PUBLIC Taupik Abidin

PT. Pos Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa kurir, logistik, dan transaksi keuangan. Saat ini, PT. Pos Indonesia berada dalam situasi tingkat turbulensi yang parah. Turbulensi ini disebabkan oleh perkembangan ICT yang mengarah pada revolusi industri 4.0. Untuk mengatasi hal tersebut, PT. Pos Indonesia melakukan transformasi bisnis. Untuk perusahaan lama seperti PT. Pos Indonesia yang sudah berdiri ratusan tahun, hal ini mungkin tidak mudah. Implementasi transformasi dalam humanware adalah hal yang paling sulit. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah mengenai budaya perusahaan yang belum terimplementasi dengan baik. Padahal, budaya yang telah ditetapkan oleh perusahaan harus menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menghadapi gejolak perubahan dan tantangan perusahaan. Budaya organisasi yang dibutuhkan perusahaan telah tertuang dalam bentuk model kompetensi. Jadi, untuk memastikan SDM memiliki kinerja yang baik sesuai dengan budaya perusahaan, kita harus memastikan bahwa mereka memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis gap kompetensi dengan membandingkan kompetensi sumber daya manusia saat ini dengan kompetensi yang dibutuhkan. Alat penilaian tersebut memuat indikator perilaku untuk mengukur apakah kompetensi sumber daya manusia di PT. Pos Indonesia sudah sesuai dengan model kompetensi yang dibutuhkan perusahaan. Disimpulkan bahwa saat ini kompetensi sumber daya manusia di PT. Pos Indonesia sudah sesuai dengan model kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan karena kompetensi mayoritas karyawan dan pimpinan di PT. Pos Indonesia termasuk dalam kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan penyebab kurangnya penerapan budaya organisasi pada PT. Pos Indonesia tidak disebabkan oleh faktor kompetensi. Meskipun saat ini kompetensi sumber daya manusia di PT. Pos Indonesia sudah bagus, masih ada kompetensi yang bisa ditingkatkan dan lebih diperhatikan. Minimnya beberapa kompetensi pada level manajer dapat sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghadapi transformasi bisnis. Untuk meningkatkan dan mempertahankan kompetensi, perusahaan dapat merumuskan kebutuhan pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan kompetensi. Perusahaan juga harus menyediakan lingkungan kerja yang baik. Sehingga dengan kombinasi kompetensi dan lingkungan kerja yang baik diharapkan kinerja juga akan meningkat.