Smart city merupakan salah satu konsep pengelolaan kota yang diadopsi di Indonesia. Kota
Padang Panjang merupakan salah satu kota yang mulai menerapkan konsep tersebut dalam
mengembangkan potensi kotanya. Pada tahap awal pengembangan smart city, kota Padang
Panjang memprioritaskan pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik dan
layanan publik berbasis digital yang merupakan bagian dari salah satu dimensi smart city,
yaitu smart governance. Ditemui beberapa permasalahan terkait smart governance, seperti
pemanfaatan TIK yang masih rendah oleh masyarakat ataupun pemerintahan dan belum
terciptanya integrasi data antar instansi pemerintah. Sebagai dimensi yang diprioritaskan,
maka penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi smart governance
dalam mewujudkan Smart City di kota Padang Panjang. Hal tersebut dilakukan dengan
menetapkan sasaran penelitian, yaitu; 1. mendeskripsikan dan menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi, 2. mengevaluasi implementasi smart governance dengan
cara mengukur tingkat kematangannya (maturity level). 3. merumuskan rekomendasi
pengembangan smart governance. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan
kuantitatif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
Sementara data sekunder didapatkan dari instansi terkait dan kajian dokumen. Analisa data
dilakukan dengan metode analisis konten, deskriptif kualitatif dan analisis skoring. Dari
analisis yang dilakukan ditemukan bahwa implementasi smart city, khususnya pada dimensi
smart governance sudah cukup baik dari sisi pelaksana. Hal ini terlihat dari tercapainya
pelaksanaan program yang terdapat dalam rencana aksi sesuai target yang ditetapkan.
Kemudian ditemukan faktor pendorong keberhasilan implementasi, yaitu ketersediaan
landasan teori dan dukungan teknologi, kejelasan dan konsistensi isi kebijakan, alokasi
sumberdaya keuangan, kondisi sosial ekonomi, dukungan dari publik, dukungan dari badan
atau lembaga atasan yang berwenang dan komitmen dan kemampuan para pejabat pelaksana.
Sementara faktor yang menjadi penghambat adalah keberagaman perilaku dari kelompok
sasaran, persentase kelompok sasaran terhadap total penduduk yang besar, keterpaduan
diantara lembaga atau instansi pelaksana dan terbatasnya akses pihak luar. Dari analisis
terhadap tingkat kematangan smart governance, didapatkan bahwa dimensi smart
governance berada pada tahap managed atau dikelola dengan baik ditandai dengan sudah
mulai terintegrasinya pelayanan publik, penggunaan TIK dalam tata kelola pemerintahan dan
meningkatnya partispasi masyarakat dalam pembangunan.
Perpustakaan Digital ITB