Gas alam adalah bahan bakar fosil yang banyak digunakan di dunia. Penghilangan gas asam yang terdiri atas hidrogen sulfida (H2S) dan karbondioksida (CO2) pada acid gas removal unit (AGRU) dari gas alam merupakan salah satu proses penting dalam produksi gas alam. Gas buang dari AGRU harus diproses lebih lanjut dalam sulfur recovery unit (SRU) untuk mengambil H2S karena sifatnya yang beracun. Sebelum gas alam dapat diolah pada SRU, kadar H2S pada gas asam perlu ditingkatkan, dengan cara pengkayaan gas asam pada acid gas enrichment unit (AGEU), umumnya menggunakan larutan alkanolamina.
Penelitian ini menggunakan pemodelan absorpsi rate-based untuk membandingkan performa absorpsi selektif terhadap H2S dari berbagai pelarut alkanolamina dan menentukan nilai perbandingan laju alir pelarut dan gas (L/G) yang optimum. Kriteria yang ditinjau adalah efisiensi penghilangan H2S dan CO2, serta faktor selektivitas absorpsi terhadap H2S. Pelarut yang digunakan memiliki konsentrasi 45%-b dan divariasikan antara larutan metildietanolamina (MDEA), larutan 2-amino-2-metil-1-propanol (AMP), larutan MDEA teraktivasi dengan piperazin (aMDEA), serta larutan campuran dari MDEA dan AMP (MDEA + AMP). Gas asam diumpankan 18 L/menit dengan konsentrasi H2S dan CO2 pada gas umpan berturut-turut 0,5%-mol dan 50%-mol. L/G divariasikan pada rentang 0,004-0,247 sesuai batasan hidrodinamika kolom. Absorpsi dilakukan pada tekanan atmosferik dan temperatur 25°C.
Penelitian ini menemukan bahwa larutan MDEA memberikan performa terbaik untuk absorpsi selektif H2S dengan nilai faktor selektivitas 9,05 pada perbandingan L/G 0,046. Larutan AMP, aMDEA, dan MDEA + AMP ditemukan memberikan performa absorpsi selektif yang inferior dengan faktor selektivitas optimum berturut-turut 1,97, 3,21, dan 3,01, karena tingginya jumlah CO2 yang terambil pada proses absorpsi yang disimulasikan. Ketiga pelarut tersebut memiliki potensi untuk digunakan sebagai pelarut pada AGRU.
Perpustakaan Digital ITB