ABSTRAK Muhammad Yasir Falah
PUBLIC Irwan Sofiyan
COVER Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Muhammad Yasir Falah
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
2021 TA PP Muhammad Yasir Falah1-LAMPIRAN.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
DEM (Digital Elevation Model) merupakan model yang merepresentasikan elevasi dari medan tanpa vegetasi dan bangunan buatan manusia. Bentuk muka bumi yang dimodelkan oleh DEM dibutuhkan untuk analisis yang memperhatikan spasial. Salah satunya adalah analisis untuk kebutuhan konstruksi. DEM dapat dihasilkan dari berbagai metode seperti hasil pengukuran terestris dan penginderaan jauh (citra satelit, fotogrametri, laser, dan radar). Penggunaan metode pengukuran yang berebeda dapat menghasilkan ketelitian DEM yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan DEM hasil pengukuran fotogrametri, TLS, dan terestris (kombinasi ETS dan RTK). Ketiga DEM tersebut dibandingkan antara satu sama lain dengan cara saling mengurangkan model ketinggiannya. Ketiga DEM juga dibandingkan dengan cara melihat perbedaan pada titik-titik sampel pada profil yang diukur menggunakan sipat datar sebagai validasinya. Perbedaan pada titik sampel ini direpresentasikan dalam bentuk RMSE sebesar 0,359, 0,213, dan 0,375 meter untuk metode fotogrametri, terestris, dan TLS.