Industri manufaktur dinilai sebagai industri yang memiliki kerentanan dan tingkat kematian yang tinggi akibat kecelakaan kerja. Penurunan angka kecelakaan kerja memiliki korelasi positif dengan safety climate. Penelitian ini menggunakan kuesioner Nordic Occupational Safety climate Questionnare (NOSACQ-50) terhadap 140 responden. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan level fungsional terhadap safety climate. Perbedaan SMK3 meliputi; (1) belum tersertifikasi, (2) tersertifikasi nasional, dan (3) tersertifikasi internasional. Sedangkan perbedaan level fungsional kerja meliputi level pimpinan dan staf. Selain itu juga dilakukan analisis pengaruh faktor lain ditinjau dari profil responden yang dapat mempengaruhi safety climate pada industri manufaktur. Hasil menunjukkan sistem manajemen K3 kerja berpengaruh secara signifikan terhadap safety climate (p = 0,0001). Safety climate pada industri manufaktur yang telah tersertifikasi SMK3, baik bertaraf nasional maupun internasional menunjukkan hasil lebih tinggi dibandingkan yang belum tersertifikasi. Disisi lain, pengaruh level fungsional kerja tidak berdampak signifikan dengan safety climate. Sedangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi safety climate dari segi profil responden adalah faktor usia, pendidikan, lama bekerja, dan bidang industri manufaktur. Dengan mengetahui dampak positif pengaruh sertifikasi SMK3 terhadap safety climate, diharapkan kedepannya industri manufaktur di Indonesia dapat secara menyeluruh mengaplikasikan SMK3 berstandar nasional maupun internasional guna menurunkan angka kecelakaan kerja.