COVER Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Dinda Syafira
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang
bernilai ekonomi tinggi. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan
kelapa sawit di Indonesia adalah infeksi Ganoderma boninense yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Infeksi G.
boninense dapat dikendalikan dengan menginduksi pembentukan tanah supresif
melalui mediasi agen biokontrol. Untuk mengetahui jenis mikroba yang
berpotensi sebagai agen biokontrol dapat dilakukan perbandingan terhadap profil
mikroba pada tanah supresif dan kondusif melalui pendekatan metagenomik
berbasis marka gen 16S rRNA yang diketahui mampu mengatasi limitasi dari
metode konvensional yang bersifat culture dependent. Pada penelitian ini
dilakukan studi in silico terhadap data sekunder tahun 2016 yang terdiri atas 60
sampel data hasil sekuensing amplikon gen 16S rRNA dan data edafik. Sampel
yang digunakan berasal dari tanah sekitar kelapa sawit di Pulau Sumatera dan
Sulawesi yang dikelompokkan berdasarkan kemampuannya dalam menekan
infeksi patogen (supresif dan kondusif) dan kedalaman pengambilan sampel (top
soil dan sub soil). Pipeline yang digunakan mencangkup tahap pengontrolan
kualitas sekuen dengan aplikasi FastQC, lalu dilanjutkan dengan pengolahan data
diversitas dan klasifikasi mikroba dengan QIIME2 dan prediksi fungsional dengan
PICRUSt2.Visualisasi hasil utama dari pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan aplikasi GenePiper. Principle Component Analysis (PCA) faktor
edafik dilakukan dengan aplikasi XLSTAT, sedangkan matriks korelasi Pearson
antara faktor edafik tanah dan bakteri diolah dengan RStudio. Hasil analisis
diversitas alfa menunjukkan tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan untuk
tingkat keanekaragaman bakteri di setiap jenis tanah yang ada pada Pulau
Sumatera dan Sulawesi. Hasil analisis diversitas beta menunjukkan bahwa
struktur komunitas bakteri antara sampel tanah dari Pulau Sumatera dan Sulawesi
terpisah ke dalam dua kelompok yang berbeda. Hasil analisis diagram venn OTU
menunjukkan bahwa pada Pulau Sumatera dan Sulawesi, tanah kondusif sub soil
memiliki jumlah OTU unik yang paling banyak diantara ketiga jenis tanah
lainnya. Hasil analisis kelimpahan relatif bakteri pada tingkat genus di Pulau
Sumatera menunjukkan terdapat beberapa bakteri yang berpotensi untuk menekan
infeksi G. boninense pada tanaman kelapa sawit seperti halnya Amycolaptopsis,
Nitrospira, Rokubacteriales, dan Vicinamibacteria yang ditemukan di tanah
supresif (top soil dan sub soil), serta Alphaproteobacteria dan Paraburkholderia
yang ditemukan pada tanah kondusif (top soil dan sub soil). Pada Pulau Sulawesi
ditemukan adanya bakteri Alphaproteobacteria, Rokubcateriales dan
Vicinamibacteria di tanah supresif (top soil dan sub soil) serta bakteri
Paraburkholderia dan Chromonacterium di tanah kondusif (top soil dan sub soil).
Hasil prediksi fungsional gen bakteri yang berkaitan dengan pembentukan tanah
supresif dapat diamati disemua jenis tanah pada Pulau Sumatera dan Sulawesi
berupa potensi pembentukan senyawa anti mikroba, siderofor, dan mekanisme
quorum sensing. Namun, jumlah potensi fungsi tersebut lebih banyak ditemukan
pada tanah supresif dibandingkan tanah kondusif. Hasil analisis PCA
menunjukkan bahwa tanah supresif umumnya berkorelasi dengan faktor edafik COrganik,
KB, KTK, dan pH sedangkan tanah kondusif umumnya berkorelasi
dengan Al3+ serta persentase pasir dan debu. Hasil analisis korelasi bakteri
dengan faktor edafik menunjukkan bahwa bakteri membentuk korelasi positif
dengan faktor edafik yang memiliki peranan dalam membentuk karateristik tanah
tempat ditemukannya bakteri tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa baik pada sampel tanah Pulau Sumatera maupun Pulau
Sulawesi, bakteri dan prediksi fungsional gen yang berpotensi menekan infeksi G.
boninense pada kelapa sawit lebih dominan ditemukan pada tanah supresif (top
soil dan sub soil) dibandingkan tanah kondusif (top soil dan sub soil). Kehadiran
bakteri ini pada suatu jenis tanah dipengaruhi oleh kondisi edafik yang
membentuk karakteristik tanah tersebut.