digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Madevya Shinta Martha
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pada penelitian ini pendedahan beberapa spektrum cahaya dilakukan terhadap protocorm-like bodies (PLB) anggrek kelip (Phalaenopsis violacea) poliploid dengan tujuan untuk menentukan spektrum cahaya yang paling cocok untuk meningkatkan potensi regenerasi. Protocorm-like bodies P. violacea poliploid diperoleh dari hasil induksi dengan kolkisin 0,2% (m/v) selama 72 jam dan disubkultur 2x sebelum akhirnya ditanam pada medium ½ MS padat dengan 5% ekstrak pisang mas selama 18 minggu. PLB selanjutnya diberi perlakuan pendedahan pada lampu LED putih (kontrol positif), merah, dan biru dengan fotoperiodisasi 18/6 jam terang/gelap. Sebagai pembanding, digunakan PLB diploid yang didedahkan pada cahaya putih (kontrol negatif) dengan fotoperiodisasi 18/6 jam terang/gelap. Data yang diambil berupa persentase kesintasan dari jumlah PLB yang bertahan (%), jumlah PLB baru, serta jumlah pucuk yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesintasan PLB diploid P. violacea jauh lebih tinggi (71,29%) dibandingkan poliploid, namun pendedahan cahaya biru berhasil meningkatkan persentase kesintasan PLB poliploid (47,43%) dibandingkan pendedahan cahaya merah (23,71%) dan cahaya putih (37,86%). Laju pertumbuhan PLB poliploid lebih lambat dibandingkan dengan PLB diploid, hal tersebut tampak pada jumlah PLB baru dan pucuk yang terbentuk pada P. violacea poliploid relatif lebih rendah dibanding diploidnya. Pada minggu ke-12, PLB baru yang terbentuk pada diploid P. violacea berjumlah 10,25, sedangkan pada poliploid P. violacea jumlah PLB baru berhasil ditingkatkan saat pendedahan pada cahaya biru (10,5) dibandingkan pendedahan cahaya merah (2,88) dan cahaya putih (8,38). Pada minggu ke-18, didapatkan bahwa pendedahan terhadap cahaya biru menurunkan jumlah pucuk yang terbentuk pada poliploid P. violacea (1,00) dibandingkan dengan pendedahan terhadap cahaya merah (2,60) dan cahaya putih (2,60), di sisi lain terbentuk 4,40 pucuk pada diploid P. violacea yang terdedah cahaya putih. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa spektrum cahaya yang optimal untuk menginduksi PLB poliploid P. violacea adalah cahaya biru sedangkan untuk pembentukan pucuk penggunaan cahaya merah dan cahaya putih memberikan hasil yang sama.