digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Hasan Tri Atmojo
PUBLIC Alice Diniarti

Pada analisis kestabilan lereng batuan diperlukan penentuan massa batuan dari sebuah lereng. Untuk mendapatkan nilai massa batuan tersebut diperlukan uji parameter yang menyangkut karakteristik dan kondisi diskontinuitasnya. Pada penelitian ini akan digunakan studi perbandingan tiga klasifikasi massa batuan terhadap lereng batuan, yaitu klasifikasi GSI, RMR, dan RMi dengan objek penelitian pada lima lokasi lereng batuan yang berada di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi dari lima STA tersebut berada pada morfologi bentuk lereng terjal dengan litologi dominan berupa batugamping yang memiliki potensi longsoran guling dan baji. Tujuan dari studi perbandingan ini adalah untuk menentukan dan mengevaluasi metode yang tepat untuk analisis kestabilan lereng berdasarkan nilai properti keteknikan beserta nilai faktor keamanan yang dihasilkan. Untuk mendapatkan nilai bobot dari klasifikasi massa batuan dilakukan pengamatan lapangan dengan scanline dan pengambilan sampel batuan utuh. Hasil properti keteknikan dari setiap klasifikasi massa batuan dianalisis menggunakan metode elemen hingga (finite element method) dan integrasi dengan metode kesetimbangan batas (limit equilibrium method) berdasarkan tipe longsoran di setiap lokasi. Analisis kinematika digunakan untuk menentukan tipe longsoran yang berada di daerah penelitian. Massa batuan di lokasi penelitian memiliki litologi dominan berupa batugamping kalkarenit, kalsirudit, dan kalsilutit dengan tingkat pelapukan rendah hingga sedang. Bobot massa batuan berdasarkan klasifikasi GSI berkisar 48 – 65 (fair – good), RMR berkisar 57,83 – 64,99 (fair rock – good rock), dan RMi berkisar 2,27 – 6,39 (high). Properti keteknikan dari massa batuan dari lima lokasi memiliki modulus deformasi (Em) berkisar 3.068 – 11.550 MPa, kohesi (c) berkisar 0.236 – 2.334 MPa, sudut geser dalam (?) 37o – 57o, dan kuat tarik (?t) berkisar 0,04 – 0.80 MPa. Berdasarkan analisis kinematika dari data orientasi diskontinutias, lereng pada STA 01, STA 02, dan STA 03 berpotensi menghasilkan longsoran guling, sedangkan pada lereng STA 04 dan STA 05 berpotensi menghasilkan longsoran baji. Berdasarkan perbandingan klasifikasi massa batuan GSI, RMR, dan RMi terhadap nilai properti keteknikan, klasifikasi massa batuan RMi menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan GSI dan RMR yang disebabkan oleh adanya parameter volume blok pada klasifikasi RMi dan berpengaruh terhadap faktor keamanan yang dihasilkan cenderung lebih tinggi. Konsep parameter volume blok pada RMi sangat dipengaruhi oleh kerapatan diskontinuitas. Hal tersebut dibuktikan pada STA 02 yang memiliki nilai volume blok sangat rendah sehingga menghasilkan nilai properti keteknikan yang rendah hampir sama dengan nilai klasifikasi GSI dan RMR. 5. Berdasarkan analisis dan evaluasi pada penelitian, analisis menggunakan metode elemen hingga sangat baik digunakan untuk longsoran guling, sedangkan tipe longsoran baji cenderung lebih baik dengan metode kesetimbangan batas. Berdasarkan analisis sensitivitas data dari metode kesetimbangan batas, faktor yang berpengaruh terhadap longsoran guling di antaranya kohesi (toppling joint), sudut geser dalam (toppling joint), toppling joint dip, tinggi lereng, dan sudut kemiringan lereng, sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap longsoran baji di antaranya kohesi (wedge joint), sudut geser dalam (wedge joint), dan kemiringan lereng. Dari hasil analisis tersebut, properti keteknikan dari klasifikasi massa batuan GSI, RMR, dan RMi sangat baik diterapkan untuk analisis kestabilan lereng menggunakan metode elemen hingga. Penyangga dari klasifikasi RMR dan RMi cukup signifikan berpengaruh pada faktor keamanan dan perpindahan kestabilan lereng, adapun rekomendasi lain agar lereng lebih stabil yaitu dengan membuat cut-off slope setiap lereng agar lereng lebih stabil.