digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ajie Tri Baskoro
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB1 Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB2 Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB4 Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB5 Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Ajie Tri Baskoro
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2021 TA PP AJIE TRI BASKORO1-LAMPIRAN.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Proses pewarnaan batik menghasilkan air limbah pewarna yang dapat mencemari lingkungan. Sementara, banyak industri skala kecil dan menengah (UKM) batik tidak memiliki instalasi pengolahan limbah dan membuang air limbahnya begitu saja. Pada penelitian ini, dievaluasi kinerja instalasi pengolahan air limbah (IPAL) batik yang tersusun atas dua proses bertahap, yaitu pengolahan biologis menggunakan fungi Marasmiellus palmivorus yang terimobilisasi pada media campuran jerami padi dan serbuk kayu serta ozonisasi untuk mengolah air limbah batik dari salah satu industri UKM batik di Kota Bandung. Kinerja IPAL ditinjau berdasarkan parameter warna dan kimia yang didukung dengan peninjauan aktivitas enzimatis M. palmivorus, serta kandungan total protein pada air limbah. Hasil absorbansi menunjukkan bioremediasi fungi menghasilkan tren dekolorisasi yang fluktuatif dengan nilai maksimum 49,5%. Sementara itu, perlakuan ozonisasi menunjukkan tren dekolorisasi yang stabil dengan nilai dekolorisasi maksimum 37,4%. Kontrol menunjukkan hasil dekolorisasi yang lebih baik dengan nilai maksimum 71,5%. Namun berdasarkan parameter kimia, bioremediasi fungi dan ozonisasi mampu mengurangi warna hingga 32,6% dan 32,1%, dibandingkan dengan kontrol yang menghasilkan penurunan warna sebesar 17,7%. Perlakuan ozonisasi menunjukkan hasil paling baik dengan penurunan parameter BOD5, COD, dan TSS sebesar 34,4%, 34,2%, dan 11,5%, dilanjutkan dengan perlakuan fungi dengan penurunan sebesar 27,4%, 26,9%, dan 7,7%. Di sisi lain, kontrol hanya berhasil menurunkan ketiga parameter sebesar 11,8%, 6,2%, dan 6,0%. Hal ini membuktikan bahwa M. palmivorus memiliki peranan penting dalam IPAL. Meski begitu, aktivitas enzimatis fungi menunjukkan aktivitas lakase dan total peroksidase yang rendah dengan nilai maksimum mencapai 1,07 U/L dan 1,41 U/L. Kadar total protein pada air limbah juga sangat rendah dengan nilai maksimum mencapai 0,39 mg/L. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem IPAL menggunakan M. palmivorus dan ozonisasi merupakan metode yang potensial untuk mengolah air limbah pewarna batik dan masih dapat dikembangkan untuk mencapai hasil yang lebih optimal.