Rompi anti peluru merupakan perlengkapan pertahanan yang umumnya digunakan
untuk melindungi prajurit, pemimpin negara ataupun masyarakat sipil dari ancaman
senjata tajam maupun tembakan. Kemampuan rompi anti peluru untuk melindungi
penggunanya sangat dipengaruhi oleh jenis material penyusun rompi anti peluru
tersebut. Salah satu material yang berperan penting dalam proses pembuatan rompi
anti peluru adalah serat tahan balistik. Serat kevlar dan ultra high molecular weight
polyethylene (UHMWPE) merupakan serat tahan balistik yang paling banyak
digunakan dalam proses pembuatan rompi anti peluru. Terdapat beberapa kriteria
yang harus dipenuhi oleh serat agar dapat digolongkan sebagai serat tahan balistik,
antara lain yaitu memiliki kekuatan dan kekakuan yang tinggi, densitas yang
rendah, serta ketahanan yang baik terhadap bahan kimia, terutama terhadap pelarut
atau lubrikan yang umum digunakan dalam industri otomotif dan dirgantara. Dalam
proses pembuatannya, proses produksi serat kevlar dan UHMWPE melibatkan
berbagai peralatan canggih serta bahan-bahan kimia yang tidak diproduksi di
Indonesia.
Nanokristalin selulosa atau NCC merupakan hasil ekstraksi bagian kristalin dari
suatu rantai selulosa. NCC diperoleh melalui proses hidrolisis dari alfa selulosa,
dimana dalam proses tersebut terjadi proses pemotongan bagian amorf rantai
selulosa dan hanya menyisakan bagian kristalin dari selulosa tersebut.
Nanokristalin selulosa memiliki kristalinitas yang berkisar antara 80% – 99%,
memiliki kekuatan teoritis sebesar 10 GPa, modulus elastisitas teoritis sebesar 150
GPa, tidak bisa dilelehkan, serta memiliki ketahanan kimia yang sangat baik
sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan menjadi bahan baku alternatif dalam
proses pembuatan serat tahan balistik. Kekuatan dan kekakuan nanokristalin
selulosa yang sangat tinggi serta ketahanan kimia yang baik mendorong peneliti
untuk mengembangkan NCC menjadi serat tahan balistik alternatif yang dapat
digunakan dalam proses pembuatan rompi anti peluru. Didalam penelitian ini,
dilakukan kajian terkait pembuatan dan karakterisasi serat tahan balistik berbahan
dasar nano kristalin selulosa alga Cladophora sp. Diharapkan dari hasil penelitian
ini, Indonesia mampu membuat serat tahan balistik yang dapat diaplikasikan dalam
proses pembuatan rompi anti peluru dengan bahan baku dan peralatan yang berasal
Secara umum, penelitian ini dapat dibagi menjadi tujuh tahapan kerja yang
meliputi, identifikasi awal komponen-komponen penyusun; sifat fisik dan mekanik
alga Cladophora sp.; proses ekstraksi, pengujian, dan karakterisasi selulosa dari
alga Cladophora sp.; proses sintesis, karakterisasi, dan pengujian nanokristalin
selulosa dari selulosa alga Cladophora sp.; proses pembuatan dan pengujian serat
tahan balistik berbahan dasar nanokristalin selulosa alga Cladophora sp.; proses
pembuatan dan pengujian matriks karet alam; proses pembuatan dan pengujian
material hybrid filamen NCC/PVA-karet alam; serta proses simulasi ketahanan
balistik dari material hybrid filamen NCC/PVA-karet alam.
Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa komponen penyusun alga
Cladophora sp. meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, zat ekstraktif, lipid, protein
dan abu. Kekuatan tarik dan modulus elastisitas dari alga Cladophora sp. tanpa
perlakuan masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan serat kevlar dan
UHMWPE. Proses ekstraksi selulosa dari alga Cladophora sp. dilakukan melalui
tiga tahapan yaitu alkalisasi, perlakuan asam dan bleaching. Kemurnian selulosa
tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 96,27%. Proses sintesis
nano kristalin selulosa dilakukan dengan menggunakan perlakuan hidrolisis asam.
Berdasarkan hasil pengukuran, sampel yang dapat dikategorikan sebagai nano
kristalin selulosa adalah 2M15J, 3M15J, 5M5J, 5M10J, dan 5M15J.
Proses pembuatan serat NCC/PVA dilakukan dengan menggunakan metode wet
spinning. Kekuatan dan modulus elastisitas serat NCC/PVA tertinggi dihasilkan
oleh serat 2M15J, 3M15J dan 5M5J dengan konsentrasi NCC sebesar 20%. Untuk
meningkatkan sifat tarik dari serat NCC/PVA lebih lanjut dilakukan proses
peregangan dope. Setelah diberikan perlakuan peregangan dope 150%, serat
2M15J20150 memiliki kekuatan dan modulus elastisitas yang setara dengan serat
tahan balistik komersial. Kekuatan dan modulus elastisitas tertinggi dari serat
NCC/PVA yang dihasilkan adalah sebesar 3,085 GPa dan 63,20 GPa. Pembuatan
material hybrid NCC/PVA-karet alam didasarkan pada keterbatasan teknologi
untuk membuat kain NCC/PVA dengan kerapatan tinggi. Dalam proses pembuatan
material hybrid, karet alam digunakan sebagai material pengikat. Berdasarkan hasil
pengujian yang dilakukan, karet alam yang digunakan dalam pembuatan material
hybrid adalah karet alam ditambahkan dengan accelerator dan carbon black dengan
konsentrasi 0,4 phr dan 30 phr. Kekuatan tarik dan modulus elastisitas material
hybrid tertinggi dihasilkan oleh material hybrid dengan fraksi volume filamen
44,63%, yaitu sebesar 145,89 MPa dan 12,08 GPa. Berdasarkan hasil simulasi
balistik, rompi anti peluru standar NIJ IIIA dapat dibuat dengan menggunakan
material hybrid dengan ketebalan 15 mm dengan berat total sebesar 4391,72 gr.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bahan alam dan
teknologi yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan rompi anti
peluru.