digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizki Aliy Andra Putra
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Rizki Aliy Andra Putra
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Candi Borobudur merupakan hasil karya arsitektur dari peradaban Hindu- Buddha pada abad VIII – IX Masehi pada masa keemasan dinasti Syailendra (782- 833 Masehi). Candi Borobudur terdiri dari sembilan lantai atau undakan dan dibagi menjadi tiga bagian yaitu pada bagian kaki (Kamadhatu) yang merupakan bagian dasar, badan (Rupadhatu) yang terdiri dari lorong-lorong berisikan relief, dan kepala candi (Arupadhatu) yang terdiri dari stupa-stupa berukuran sedang dan satu stupa utama. Arkeoastronomi merupakan ilmu yang mempelajari pengetahuan manusia zaman dahulu tentang benda langit melalui peninggalan artefak, bangunan, dan budaya dengan meninjau dari sudut pandang disiplin ilmu yaitu arkeologi, astronomi, arsitektur, dan seni. Pada ketiga tingkatan ini terdapat sejumlah stupa, relief, arca, dan ornamen yang dianalisis dan dapat dihubungkan dengan keilmuan dan fenomena astronomi seperti ornamen kala-makara (pada gapura dan relung candi) yang menggambarkan fenomena gerhana Matahari yang dilatarbelakangi rasi Capricorn; lalu relief-relief yang mengukirkan fenomena Sun Dog atau parhelion, sembilan keplanetan (Navagraha), dan konstelasi bintang (Nakshatra); sejumlah arca (patung Dhyani-Buddha) yang menunjukkan siklus waktu (Yuga); dan yang terakhir adalah hubungan dari 12 zodiak dengan 27 Nakshatra dari jatuh bayangan stupa utama sebagai gnomon. Apabila diasumsikan tinggi dari stupa utama berkisar 25 meter, maka bayangan dari stupa utama akan mengarsir 12 stupa teras dengan celah persegi dan 27 stupa teras dengan celah belah ketupat, sesuai dengan ilmu astronomi kuno, Jyotisha. Pemilihan lokasi Candi Borobudur adalah karena beberapa alasan fenomena astronomi. Seperti fenomena gerhana Matahari yang merupakan fenomena yang luar biasa dan jarang terjadi. Hal ini diukirkan berupa ornamen kala-makara pada bagian gapura dan relung candi yang menggambarkan fenomena gerhana Matahari dilatarbelakangi rasi Capricorn. Fenomena tersebut pada masa pembangunan Candi Borobudur terjadi pada tanggal 20 Januari 790 Masehi.